Bondowoso (beritajatim.com) — Sekretaris Daerah (Sekda) Bondowoso, Fathur Rozi, menegaskan tidak ada jabatan yang “dikotak-kotakkan” dalam struktur Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bondowoso.
Ia menilai seluruh jabatan, termasuk staf ahli dan asisten, memiliki nilai strategis dan peran penting dalam mendukung pembangunan daerah.
“Selama ini mungkin mindset kita belum on the track. Mohon maaf, itu salah. Dimanapun kita ditempatkan, ASN punya kewajiban melaksanakan tugas sesuai sumpah dan janji jabatan,” ujar Fathur Rozi pada BeritaJatim.com.
Menurutnya, jabatan strategis tidak selalu ditentukan oleh besarnya anggaran yang dikelola. Ukuran strategis justru terletak pada sejauh mana seorang ASN mampu mendorong pemberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Ujung dari pembangunan itu kesejahteraan masyarakat. Nah, sejauh mana kita bisa berkontribusi ke sana, itulah letak strategisnya,” tambahnya.
Fathur menjelaskan, jabatan staf ahli justru sangat strategis karena memiliki akses langsung kepada Bupati untuk menyampaikan hasil kajian, analisis, dan pemetaan kebijakan.
Posisi itu bahkan tidak berada di bawah Sekda, tetapi langsung berkoordinasi dengan kepala daerah.
“Kalau mau jujur, staf ahli itu sangat strategis. Mereka bisa memetakan kondisi dan memberi masukan langsung kepada bupati,” katanya.
Begitu pula dengan jabatan asisten daerah yang memiliki fungsi koordinasi antarperangkat daerah. “Asisten itu dituakan dalam arti dihormati, karena mengkoordinasikan beberapa OPD. Fungsinya koordinasi, dan itu penting,” tegasnya.
Fathur juga menyinggung peran Dinas Perpustakaan yang kerap dianggap tidak strategis. Menurutnya, lembaga tersebut justru memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi masyarakat dan dapat berkolaborasi dengan berbagai dinas lain, termasuk Dinas Pendidikan.
“Kalau saya, orang pendidikan, saya anggap perpustakaan itu strategis. Literasi tidak cukup hanya dari pendidikan, tapi juga dari perpustakaan,” ujarnya.
Ia menegaskan, jika Bupati Bondowoso berpikir mengkotak-kotakkan jabatan, tentu tidak akan menempatkan ASN di posisi strategis seperti staf ahli atau asisten, melainkan hanya di posisi staf biasa.
“Jadi gak ada itu dikotak. Cuma mungkin di Bondowoso ini masih ada pikiran-pikiran seperti itu,” pungkasnya.
Diketahui, Bupati Bondowoso Abdul Hamid Wahid beberapa waktu lalu melantik tujuh pejabat eselon II. Dalam waktu dekat, Pemkab Bondowoso juga akan melakukan mutasi lanjutan dan membuka seleksi terbuka (open bidding) untuk 12 jabatan kepala OPD yang saat ini masih kosong. (awi/ian)
