Ambisi Perusahaan AS Dukung Program Prabowo, Fokus ke Talenta Digital-Pertanian

Ambisi Perusahaan AS Dukung Program Prabowo, Fokus ke Talenta Digital-Pertanian

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan bertajuk “Bisnis AS untuk Indonesia (BISA)” yang dirilis US—ASEAN Business Council (USABC) mencatat, 35 perusahaan Amerika Serikat (AS) mendukung agenda ekonomi Presiden Prabowo Subianto, khususnya di bidang pengembangan talenta digital, investasi, hingga transformasi sektor pertanian.

Dalam laporan tersebut, USABC mencatat bahwa sejak 2003–2025, perusahaan-perusahaan AS secara kolektif telah menciptakan lebih dari satu juta lapangan kerja di berbagai sektor di Indonesia, mulai dari energi dan pertanian hingga manufaktur dan teknologi digital.

Selain itu, lebih dari lima juta individu di Indonesia telah menerima pelatihan keterampilan digital, seperti komputasi awan (cloud computing), keamanan siber, dan kecerdasan buatan (AI).

Di bidang pendidikan, lebih dari 60.000 siswa dan pendidik telah dijangkau melalui berbagai inisiatif yang berfokus pada sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM). Kemudian, lebih dari 300.000 penerima manfaat telah dibantu melalui beragam program kesehatan, sosial, dan lingkungan.

Presiden & CEO Interim USABC, Duta Besar Brian McFeeters, menuturkan bahwa perusahaan-perusahaan AS tidak hanya berinvestasi secara finansial, melainkan juga berperan dalam membangun fondasi pertumbuhan jangka panjang.

“Laporan ini menggambarkan bagaimana bisnis AS berkontribusi pada setiap area prioritas ekonomi ambisius Presiden Prabowo melalui investasi langsung, pengembangan tenaga kerja, dan transfer teknologi,” kata Brian dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/10/2025).

Strategic Communications Lead USABC Prelia Moenandar menyampaikan bahwa laporan BISA merupakan refleksi nyata dari kemitraan yang berorientasi pada dampak jangka panjang.

“Laporan ini menunjukkan bagaimana kontribusi dunia usaha AS menciptakan dampak nyata bagi masyarakat dan ekonomi Indonesia. Kami berharap semangat ini dapat memperkuat sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menuju visi Indonesia Emas 2045,” ujar Prelia.

Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan menyatakan bahwa kemitraan ekonomi antara Indonesia dan AS harus terus diperkuat untuk mendukung agenda pembangunan nasional.

“Amerika Serikat selalu berada di 10 besar investor asing di Indonesia. Namun yang lebih penting dari sekadar nilai investasi adalah bagaimana investasi tersebut membawa transfer teknologi dan peningkatan kapasitas SDM Indonesia,” ujar Nurul.

Menurut Nurul, jika Indonesia ingin menuju Indonesia Emas 2045, maka hal-hal mendasar seperti penguasaan teknologi dan kualitas tenaga kerja harus menjadi prioritas.

Jika ditinjau dari sektor energi, VP Communications & External Affairs bp Indonesia Desy “Becky” Unidjaja memaparkan bagaimana proyek Tangguh LNG di Teluk Bintuni, Papua Barat, menjadi contoh pengembangan SDM lokal dan transfer teknologi industri.

“bp tidak mungkin bertahan tanpa turut membangun daerah tempat kami beroperasi. Sejak awal, kami berkomitmen bahwa 85% pekerja kami di Tangguh LNG harus berasal dari Papua,” imbuhnya.

Dia menjelaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia (human capital) menjadi bagian penting dari keberlanjutan operasi perusahaan.

Dari sektor teknologi, Government Affairs & Public Policy Manager Google Indonesia Agung Pamungkas mengatakan bahwa perusahaan merancang program Bangkit Bersama AI untuk mendukung transformasi digital Indonesia melalui peningkatan keterampilan generasi muda.

“Program Bangkit Bersama AI menyiapkan talenta digital Indonesia yang siap menghadapi masa depan. Kami memastikan seluruh ekosistem, mahasiswa, pendidik, pengembang, dan industri dapat tumbuh bersama,” ungkapnya.

Sementara itu, Corporate Social Responsibility Leader IBM Indonesia Rina Suryani menyebut bahwa peningkatan literasi digital menjadi pondasi penting dalam memperkuat daya saing nasional.

“Kami menargetkan untuk upskill dua juta orang di bidang AI dan membantu lembaga pendidikan mengintegrasikan keterampilan digital dalam kurikulum nasional,” terangnya.

Adapun dari sektor pertanian, APAC Agricultural Policy Program Manager Corteva Agriscience Suandi Tanuwijanto menegaskan bahwa teknologi dan inovasi berkelanjutan adalah kunci peningkatan produktivitas sekaligus ketahanan pangan nasional.

“Kami percaya dampak sektor swasta tidak hanya datang dari teknologi, tetapi juga dari trickle-down effect yang memperkuat ekonomi masyarakat,” pungkasnya.