Bisnis.com, JAKARTA — Sennheiser, perusahaan audio asal Jerman, akan tetap berfokus pada kualitas perangkat audio untuk menjaga bisnisnya di Indonesia, di tengah pelemahan daya beli dan gempuran produk audio murah dari China.
Sales Director Professional Audio untuk Sennheiser Asia Roland Lim mengatakan dalam membeli produk audio, profesional seperti konten kreator, industri film, dan lain sebagainya mempertimbangkan berbagai aspek tidak hanya harga.
Berdasarkan pengalamannya, kualitas suara yang direkam dan dihasilkan perangkat audio, pengalaman saat mendengarkan suara yang jernih, layanan setelah pembelian, hingga kelengkapan produk menjadi beberapa faktor penentu calon pembeli di pasar Indonesia.
Berlandaskan peluang tersebut, Sennheiser memilih untuk terus mengedepankan kualitas produk dalam menghadapi persaingan industri audio profesional yang makin ketat, dan juga pelemahan daya beli.
“Setiap produk kita itu value for money, yang terbaik di kelasnya. Kalau kamu bayar sejumlah uang, ini kualitas yang kamu dapatkan, dan bahkan lebih dari itu,” kata Roland di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Roland kurang setuju mengenai stigma daya beli Indonesia melemah. Menurutnya, masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan profesional, masih memiliki kemampuan membeli yang kuat.
Kalangan profesional memandang bahwa perangkat audio berkualitas sebagai investasi jangka panjang, yang dibutuhkan dalam memudahkan dan melancarkan bisnis mereka.
“Kalau kamu sutradara profesional atau kameramen profesional, kamu keluar, kamu mau kamera terbaik dari Jepang, lensa dari merek C atau F, dan sebagainya, ya? Kalau pakai kamera murah dari China, orang nggak akan anggap serius,” kata Roland.
Bisnis di Indonesia
Adapun mengenai kondisi bisnis Sennheiser di Indonesia, Roland menuturkan bahwa tahun ini adalah tahun yang sulit. Bukan hanya untuk Sennheiser di Indonesia, juga untuk merek lain di seluruh dunia. Tarif perdagangan yang diterapkan oleh Amerika Serikat, konflik di Tanah Air yang sempat memanas membuat kondisi menjadi cukup sulit.
Dia menyampaikan meski kondisi sulit, namun positifnya, perusahaan tetap mendapat respons baik khususnya saat peluncuran produk Spectera.
Sennheiser Spectera adalah sistem audio nirkabel multichannel dan merupakan solusi wideband (pita lebar) digital pertama di dunia yang menggunakan teknologi WMAS (Wireless Multichannel Audio Systems). Sistem ini dirancang untuk profesional audio dan menggabungkan efisiensi, fleksibilitas, serta kemudahan penggunaan dalam transmisi audio nirkabel.
“Jadi, kami selalu menargetkan itu dan selalu lihat apa lagi yang bisa kami lakukan untuk tingkatkan kolaborasi dan kerja sama dengan mitra lokal di Indonesia,” kata Roland.
Roland tidak memberitahu mengenai pendapatan yang dibukukan perusahaan dari pasar Indonesia, namun jika merujuk bisnis mereka secara global, memang dalam kondisi yang cukup menantang.
Sennheiser membukukan Pendapatan sebesar €492,3 juta pada 2024, turun 6,6% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar €527,2 juta. Penurunan terjadi akibat ketidakpastian politik dan ekonomi yang memengaruhi permintaan.
Sementara itu mengenai tantangan dalam berbisnis di Indonesia, menurut Roland, adalah edukasi pasar. Di beberapa negara, tidak hanya Indonesia, banyak orang tidak paham tentang audio yang bagus karena audio yang bagus itu sangat subyektif. Untuk mengatasi hal tersebut, Sennheiser berkolaborasi dengan komunitas lokal dan membantu komunitas berkembang.
“Kami lakukan banyak tur audio, keliling dari kota ke kota dengan rekan dari tim teknik aplikasi untuk jelaskan tentang teknologi, apa itu suara dalam bentuk aslinya. Kami nggak pakai istilah “suara bagus”, tapi “suara sejati”,” kata Roland.
Dia mengatakan dengan produk berkualitas yang dimiliki dan pengalaman 80 tahun di industri audio, Sennheiser optimistis dapat tetap tumbuh dan memberi pelayanan kepada lebih banyak pelanggan.
“Kalau ada penyiar atau perusahaan acara live yang punya masalah, hubungi kami. Kalau bisa selesai lewat telepon, kami lakukan. Kalau tidak bisa, mitra lokal kami bantu. Kalau tidak, kami bisa terbang ke sini kapan saja. Saya bisa bilang dengan tegas bahwa kami salah satu dari sedikit perusahaan di wilayah ini yang kunjungi Indonesia setiap bulan,” kata Roland.
