Ungkap Proses Panjang Kerja Sama

Ungkap Proses Panjang Kerja Sama

JAKARTA — Aktor sekaligus produser Baim Wong kembali mencuri perhatian publik setelah mengumumkan proyek kolaborasi terbarunya dengan studio film asal Korea Selatan.

Baim mengungkap bahwa kerja sama ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang dan berbagai pertemuan lintas negara.

“Pertama kali ditawarkan, banyak sekali versi remake, termasuk dari beberapa PH luar negeri,” ujar Baim Wong dikutip VOI dari siaran media, Minggu, 12 Oktober.

“Tapi yang terakhir ini berbeda — mereka terlihat sangat serius,” lanjutnya.

Baim menjelaskan bahwa tim produksinya bahkan harus bolak-balik antara Korea dan Jakarta hingga empat sampai lima kali untuk memastikan keseriusan dan kesesuaian visi kedua belah pihak.

“Kami baru mau terlibat kalau mereka juga benar-benar serius. Kalau hanya sekadar menawarkan, kami tidak tertarik. Karena membuat film itu sulit — harus ada ketertarikan dan kesungguhan,” lanjutnya.

Menurut Baim, kerja sama ini bukan semata-mata proyek internasional, tetapi juga upaya untuk membawa nama Indonesia ke panggung perfilman Asia.

“Kami ingin berbeda, ingin hasilnya bagus, dan satu lagi — kami ingin Indonesia ada di sana,” tegas Baim.

Selain itu, unggahan Baim di akun Instagram pribadinya juga menarik perhatian publik. Beberapa figur publik seperti @pettophoto turut memberikan dukungan lewat tanda suka. Dalam unggahannya, Baim mengungkap bahwa dua film produksinya sebelumnya, Sukma dan Lembayung, ternyata telah mendapat perhatian hingga ke Korea.

“Awalnya coba-coba, tapi sepertinya Sukma dan Lembayung beritanya udah sampai di Korea. Tambah ke sini, tambah genre yang susah dan budget-nya juga nggak main-main. Bukannya tegang malah excited!” tulis Baim.

Ayah dua anak ini, kini tengah bersiap menggarap remake film Korea berjudul Tunnel, yang disebutnya sebagai salah satu film paling berkesan yang pernah ia tonton.

“Pertama saya nonton di Garuda, setelah itu di Netflix. Salah satu film paling berkesan, dan sekarang dapat kesempatan untuk remake filmnya,” ujar Baim.

Menariknya, pihak studio Korea memberi Baim kebebasan penuh untuk menyesuaikan skenario agar sesuai dengan konteks budaya Indonesia.

“Poin paling penting, saya dikasih keleluasaan merubah skenario, tidak harus seperti film aslinya. Di situ saya mau terima tawarannya, setelah berbulan-bulan kita meeting,” jelasnya.

Film Tunnel versi Indonesia dijadwalkan mulai syuting pada tahun 2026, dengan perpaduan antara unsur teknis kelas dunia dan narasi emosional khas Asia.

Meski diadaptasi dari karya Korea, Baim menegaskan bahwa identitas lokal Indonesia akan tetap menjadi kekuatan utama dalam proyek tersebut.

“Karya saya tetap karya saya, karya mereka tetap karya mereka,” tutup Baim.