Beda Pandangan Jensen Huang dan Bill Gates Soal Profesi yang Paling Dibutuhkan di Era AI

Beda Pandangan Jensen Huang dan Bill Gates Soal Profesi yang Paling Dibutuhkan di Era AI

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah kekhawatiran akan gelombang pemangkasan pekerjaan akibat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dua tokoh besar dunia teknologi, Jensen Huang dan Bill Gates, menyampaikan pandangan berbeda soal profesi yang paling dibutuhkan di masa depan.

CEO Nvidia Jensen Huang menilai justru pekerja terampil seperti teknisi listrik, tukang ledeng, dan tukang kayu akan menjadi pemenang utama di era AI, bukan pekerja kantoran atau profesional di bidang teknologi.

Huang mengatakan pembangunan infrastruktur fisik untuk menopang perkembangan AI akan memicu lonjakan permintaan terhadap tenaga kerja di sektor keterampilan teknis. 

“Segmen pekerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami masa keemasan. Pembangunan pusat data AI akan terus berkembang, berlipat ganda setiap tahun,” kata Huang dikutip dari laman Investopedia pada Sabtu (11/10/2025).

Menurutnya, ekspansi besar-besaran data center untuk mendukung teknologi AI global akan membutuhkan jutaan tenaga konstruksi dan teknisi. Bahkan, banyak dari pekerjaan tersebut menawarkan penghasilan lebih dari US$100.000 per tahun atau sekitar Rp1,6 miliar tanpa memerlukan gelar sarjana.

Pandangan Huang sejalan dengan kekhawatiran sejumlah pemimpin bisnis lainnya. CEO BlackRock, Larry Fink, misalnya, telah memperingatkan pemerintah Amerika Serikat mengenai potensi kekurangan tenaga kerja terampil karena kebijakan imigrasi yang ketat dan menurunnya minat generasi muda terhadap pekerjaan di bidang keterampilan praktis.

“Saya sudah mengatakan kepada tim Trump bahwa kita akan kekurangan teknisi listrik untuk membangun pusat data AI. Kita benar-benar tidak punya cukup banyak orang,” kata Fink.

Laporan McKinsey menunjukkan, satu pusat data seluas 250.000 kaki persegi bisa menyerap hingga 1.500 pekerja konstruksi selama masa pembangunan. Setelah beroperasi, setiap pusat data mempekerjakan sekitar 50 staf pemeliharaan tetap, yang kemudian turut menciptakan sekitar 3,5 lapangan kerja tambahan di sektor lain.

Dengan proyeksi belanja modal global untuk pusat data mencapai US$7 triliun atau sekitar Rp112 kuadriliun pada 2030, permintaan terhadap pekerja di sektor konstruksi dan keterampilan praktis diperkirakan melonjak tajam.

Namun, data terbaru dari Yale Budget Lab menunjukkan dampak AI terhadap pasar kerja secara keseluruhan belum signifikan. Meski terjadi pergeseran pekerjaan yang sedikit lebih cepat dibandingkan masa transisi teknologi sebelumnya, belum ada tanda-tanda penghapusan besar-besaran terhadap profesi yang ada saat ini.

Sementara itu, pendiri Microsoft Bill Gates justru memiliki pandangan berbeda. Dia percaya profesi programmer akan tetap menjadi salah satu pekerjaan yang paling aman dari disrupsi AI, bahkan hingga seratus tahun ke depan.

Melansir The Economic Times (11/9/2025), Gates mengatakan meskipun AI mampu membantu pekerjaan teknis seperti menulis kode sederhana atau debugging, kemampuan manusia dalam berpikir kreatif dan mengambil keputusan tidak bisa tergantikan oleh mesin.

“Menulis kode bukan sekadar mengetik. Itu adalah proses berpikir mendalam, memahami masalah, membuat keterhubungan, dan menemukan solusi baru,” kata Gates.

Dia menilai AI memang kuat, tetapi juga berisiko bila tidak dimanfaatkan secara bijak. 

Menurut laporan World Economic Forum (WEF), AI berpotensi menghilangkan 85 juta pekerjaan pada 2030, namun di saat bersamaan menciptakan 97 juta jenis pekerjaan baru, terutama di bidang teknologi dan industri masa depan.

Selain programmer, Gates menyebut bahwa profesi di bidang energi dan biologi juga relatif aman dari ancaman AI karena memerlukan keahlian manusia yang kompleks dan tak bisa ditiru algoritma.

Dia menjelaskan, meski AI dapat membantu menganalisis data besar dan mendukung diagnosis penyakit, mesin belum mampu melakukan penemuan ilmiah atau berpikir kritis layaknya manusia. Begitu pula di sektor energi, di mana pengambilan keputusan strategis dan kemampuan analitis manusia tetap krusial.