DPRD Jatim Tinjau MBG di SDN Kalirungkut 1 Surabaya, Pastikan Distribusi dan Pelaksaan Berjalan Baik

DPRD Jatim Tinjau MBG di SDN Kalirungkut 1 Surabaya, Pastikan Distribusi dan Pelaksaan Berjalan Baik

Surabaya (beritajatim.com) – Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Cahyo Harjo Prakoso, melakukan kunjungan ke SDN Kalirungkut 1 Surabaya pada Jumat, 3 Oktober 2025, untuk memantau langsung pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintah.

Tujuan utama dari kunjungan ini adalah memastikan distribusi dan pelaksanaan program MBG berjalan dengan baik di wilayah konstituennya, khususnya Kota Surabaya.

“Kami ingin melihat langsung bagaimana proses distribusi dan berjalannya program MBG di wilayah konstituen kami yaitu di Kota Surabaya ini,” ungkap Cahyo usai meninjau pelaksanaan program.

Setelah meninjau secara langsung, Cahyo memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan program MBG di SDN Kalirungkut 1 yang dianggap sudah cukup baik. Mulai dari ketepatan waktu distribusi makanan hingga higienitas makanan yang disajikan.

Bahkan, siswa-siswi yang terlibat juga menunjukkan kesadaran yang tinggi dalam menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan dan membawa alat makan sendiri.

“Prosesnya sudah sangat baik, baik dari ketepatan waktu, higienitas, maupun proses pendukung. Kita lihat anak-anaknya juga memiliki kesadaran yang baik, misalnya cuci tangan dan membawa alat makan sendiri,” ujar Cahyo yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Gerindra Surabaya.

Namun, meskipun pelaksanaan program sudah berjalan dengan lancar, Cahyo menilai masih ada beberapa aspek yang perlu disempurnakan, terutama terkait teknis dan infrastruktur pendukung. Menurutnya, masukan dari pihak sekolah sangat penting untuk peningkatan program ini ke depannya.

“Kami mendengar banyak masukan dari kepala sekolah dan guru, bahwa butuh penyempurnaan teknis infrastruktur maupun SDM agar kegiatan MBG ini bisa berjalan baik tanpa mengorbankan jam belajar,” tambah Cahyo.

Salah satu catatan yang diterima adalah mengenai kebutuhan tenaga khusus untuk distribusi makanan. Selama ini, guru-guru masih terlibat langsung dalam pembagian makanan, yang berpotensi mengganggu waktu belajar mengajar. Cahyo berharap adanya petugas khusus yang menangani distribusi makanan agar tidak mengganggu proses pendidikan di kelas.

“Tadi disampaikan kebutuhan SDM untuk angkut distribusi, karena selama ini masih gurunya yang membagi. Harapannya ada petugas khusus agar tidak mengganggu jam belajar di kelas,” tutur Cahyo.

Selain itu, Cahyo juga menerima masukan mengenai perlunya tempat transit makanan yang memadai. Saat ini, di SDN Kalirungkut 1, ruang guru digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan. Jumlah makanan yang banyak membuat ruang tersebut tidak lagi cukup memadai untuk menampung seluruh makanan yang akan dibagikan.

“Jumlah makanan banyak, jadi butuh tempat transit khusus. Nanti kami akan cek juga di sekolah lain apakah kondisinya sama,” ujar Cahyo.

Dia pun berharap agar Pemkot Surabaya dapat mendukung lebih jauh program MBG ini dengan memberikan bantuan tambahan berupa penyempurnaan infrastruktur dan pelayanan, agar program ini dapat berjalan dengan lebih maksimal di masa mendatang.

“Harapan kami pemerintah kota bisa mendukung dengan memberikan bantuan penyempurnaan infrastruktur maupun pelayanan agar program MBG ini lebih baik,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Kalirungkut 1, Dian Ira Puspita, menilai positif adanya program MBG yang sangat membantu pemenuhan gizi bagi siswa. Menurut Dian, program ini sangat bermanfaat bagi anak-anak, karena tidak semua orang tua memiliki kemampuan untuk menyediakan makanan bergizi setiap hari.

Selain itu, anak-anak juga lebih senang karena menu yang disediakan bervariasi dan terdapat tambahan susu. “Anak-anak gizinya lebih terjamin dan badannya sehat. Karena kadang dari rumah kemampuan orang tua kan tidak sama, dan anak-anak insyaallah senang karena ada susu dan menu yang bervariasi,” ujar Dian.

Namun, Dian juga menyoroti kendala utama yang ada pada proses distribusi makanan yang masih melibatkan guru-guru. Menurutnya, hal ini membuat tenaga pengajar terbebani karena mereka sudah memiliki tugas utama di kelas.

“Harapan kami ada sistem lebih efisien dan ada petugas khusus, jadi guru bisa lebih fokus pada pendidikan anak-anak,” pungkas Dian. [asg/suf]