Menko Airlangga Tegaskan Program MBG Jalan Terus meski Ada Kasus Keracunan

Menko Airlangga Tegaskan Program MBG Jalan Terus meski Ada Kasus Keracunan

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan dalam pertemuan dengan Aliansi Ekonom Indonesia (AEI), dibahas berbagai usulan dan catatan terkait program-program pemerintah.

Dia menjelaskan,  diskusi tersebut mencakup program yang menyasar kelas menengah serta program unggulan Presiden Prabowo Subianto, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Koperasi Merah Putih.

“Tadi kami juga menjelaskan program-program pemerintah yang menjadi perhatian daripada Aliansi Ekonomi yang menjadi perhatian dan itu terkait dengan program yang menyasar kepada kelas menengah, kemudian juga terkait dengan program unggulan Pak Presiden, baik itu MBG maupun koperasi merah putih,” tuturnya kepada awak media, Senin, 29 Agustus.

Terkait permintaan penghentian program MBG imbas maraknya kasus keracunan yang diminta oleh AEI, Airlangga menegaskan program MBG akan tetap dilanjutkan.

“Tidak, tidak, tidak. Kita lanjutkan,” ujarnya.

Ia menambahkan program MBG akan terus berjalan lantaran Presiden Prabowo sudah memberikan arahan detil dan teknis dalam rapat bersama sejumlah menteri Kabinet Merah Putih.

“Iya kan kemarin Pak Presiden sudah merapatkan dan kemarin Menko Pangan sudah menjelaskan ke media,” tambahnya.

Sebelumnya, Aliansi Ekonom Indonesia (AEI) mendatangi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, untuk menyampaikan permintaan agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) dihentikan sementara waktu.

Perwakilan AEI Lili Yan Ing turut menyoroti perlunya menghentikan alokasi anggaran yang tidak tepat, termasuk mengurangi secara signifikan belanja negara untuk program-program populis seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menurutnya, meskipun program ini bertujuan mengatasi triple burden of malnutrition yakni stunting, obesitas, dan kekurangan gizi mikro pemerintah tetap perlu menyusun kebijakan berdasarkan bukti, dengan memperhatikan target penerima dan implementasi yang sesuai dengan keragaman kondisi lokal di Indonesia.

Ia menambahkan perubahan skema MBG dari yang bersifat universal menjadi program yang terarah dan tepat sasaran (targeted) akan membantu memperbaiki alokasi anggaran sekaligus meningkatkan efektivitas penggunaan dana publik.

Lili juga mengungkapkan pihaknya merasa kecewa terhadap perancangan program MBG yang dinilai kurang proporsional dalam hal pembagian anggaran.

“Kami menyampaikan kekecewaan kami menurut kami pertama alokasi MBG itu adalah tidak proporsional,” ujar Lili kepada awak media di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin, 29 September.

Meski demikian, ia mengakui program MBG merupakan bagian dari janji politik yang memiliki niat baik dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak dan sumber daya manusia di Indonesia.

Namun menurutnya, ada sejumlah hal penting yang perlu dibenahi sebelum program ini dijalankan secara luas.

Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Lili menjelaskan dari sekitar 80 juta pelajar, hanya 1 persen atau sekitar 800.000 siswa yang mengaku tidak pernah makan, dan 4 persen atau sekitar 3,5 juta siswa yang menyatakan mengalami kekurangan asupan makanan.

Ia menyampaikan dari perhitungan kasar, jika setiap siswa menerima bantuan sebesar Rp10.000 per hari selama 20 hari dalam sebulan selama setahun penuh, total anggaran maksimal yang dibutuhkan hanya sekitar Rp8 triliun.

Lili menyoroti tiga poin penting yang perlu menjadi perhatian pemerintah sebelum melanjutkan program ini secara nasional.

Pertama, dilakukan uji coba (piloting) di wilayah-wilayah yang memang memiliki kebutuhan tinggi, terutama yang dihuni masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Kedua, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti orang tua murid, guru, serta masyarakat sekitar sekolah dalam pelaksanaan program agar lebih partisipatif.

Ketiga, pentingnya evaluasi program dengan prosedur operasional yang jelas, agar transparansi dan akuntabilitas bisa dijaga.

“Makanya kami menekankan mengapa perlu ada pemberhentian saat ini juga karena kami melihat tiga hal yang kami sampaikan itu tidak dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.

“Jangan sampai ada korban, nyawa ini adalah masa depan bangsa dan saya yakin kita semua mempertanggungjawabkan akan dari setiap nyawa adik-adik anak-anak kita,” tambahnya.