Bisnis.com, JAKARTA — Google, Meta, dan Vodafone baru saja mengeluarkan seruan kepada perusahaan chipset dan produsen smartphone agar mulai mendukung teknologi pemutar video AV1 langsung di perangkat, khususnya untuk ponsel kelas menengah dan murah.
Permintaan ini dilontarkan melalui “White Paper” yang dipublikasikan pada Rabu dan berisi fakta bahwa 70–80% lalu lintas internet seluler saat ini berupa video, sementara 75% smartphone baru di dunia adalah jenis entry-level hingga menengah dengan harga US$30–US$600.
Dengan banyaknya smartphone dan tingginya konsumsi, internet yang beredar makin boros sehingga raksasa teknologi seperti Google dan Meta harus menyiapkan investasi yang juga besar. Untuk menekan investasi tersebut, produsen smartphon diminta untuk menggunakan teknologi video AV1.
Dilansir dari Register, Kamis (25/9/2025) teknologi codec video AV1 memiliki keunggulan 30% lebih efisien daripada pendahulunya, VP9. Artinya, pemutaran video dengan AV1 menghasilkan file yang jauh lebih kecil sehingga pelanggan ponsel murah bisa menghemat kuota data saat menonton video favorit mereka.
Sementara itu, perusahaan telekomunikasi AS Vodafone mengakui butuh biaya besar untuk terus memperluas kapasitas jaringan mereka. Dengan semakin banyaknya video yang dikompres dengan AV1, kebutuhan kapasitas makin ringan.
Meta (pemilik Facebook dan Instagram) serta YouTube juga punya alasan mirip—mereka ingin agar semakin banyak orang bisa menonton video dengan kualitas tinggi tanpa buffering, sehingga iklan makin banyak ditonton dan penghasilan mereka meningkat secara otomatis.
Agar manfaat ini bisa dirasakan konsumen, para pembuat chipset seperti MediaTek, Qualcomm, dan Samsung didorong untuk meningkatkan dukungan hardware AV1 di chip mereka—tidak hanya untuk ponsel high-end tetapi juga kelas menengah. Namun, hingga kini, produsen chip lebih memilih menambah fitur AI dan kecerdasan buatan di chip mereka daripada menambah dukungan hardware AV1. Akibatnya, banyak ponsel baru masih memakai chip lama dan fitur AV1 belum tersedia secara luas.
Jika hardware AV1 belum tersedia, mereka menyarankan agar ponsel tetap bisa menjalankan AV1 lewat aplikasi software khusus. Cara ini memang bisa digunakan, tapi penggunaan daya baterainya cenderung lebih besar dibanding hardware khusus.
