Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan teknologi asal Rusia Yandex melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi pengembangan mesin pencari berbasis kecerdasan buatan (AI).
Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi, terutama terkait keterbatasan pilihan pengguna dalam menentukan mesin pencari di perangkat mereka. CEO Yandex Search International Alexander Popovskiy menilai dominasi mesin pencari tertentu membuat pengguna di Indonesia belum sepenuhnya memiliki kebebasan untuk memilih.
“Seperti yang saya katakan, ketika membuka ponsel Anda, Anda sudah langsung mendapatkan Google yang terpasang, baik di Android karena mereka menguasai maupun di iOS karena adanya perjanjian global. Jadi, beberapa korporasi di Amerika saling bersepakat bahwa Anda harus menggunakan Google. Inilah kenyataannya,” kata Alexander saat menjawab pertanyaan Bisnis dalam sebuah wawancara di Jakarta pada 16 September 2025, dikutip Kamis (18/9/2025).
Menurut Alexander, sejumlah negara seperti Uni Eropa, Rusia, dan India telah menerapkan regulasi yang mewajibkan akses setara ke platform digital. Mekanisme ini dilakukan melalui sistem sederhana bernama choice screen, yakni saat pertama kali pengguna melakukan pencarian, mereka akan ditanya mesin pencari mana yang ingin digunakan.
Dia menambahkan, regulasi di Indonesia mungkin sudah menegaskan hak akses setara ke platform digital. Hanya saja, dibutuhkan aturan turunan yang lebih detail agar implementasinya dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
“Kurangnya pilihan ini adalah tantangan besar,” kata Alexander.
Meski begitu, Yandex tetap optimistis melihat peluang di Indonesia. Alexander mengatakan, perusahaan kini sedang berada pada tahap awal transformasi dari mesin pencari tradisional menjadi asisten internet berbasis AI.
“Tetapi sangat penting, yaitu transformasi dari mesin pencari internet tradisional menjadi asisten internet berbasis AI. Ini baru langkah awal. Mari kita lihat bagaimana perkembangannya. Saat ini sudah banyak manfaat yang dirasakan,” ungkapnya.
Alexander menuturkan, teknologi Yandex mampu membantu pengguna lebih efisien dalam berselancar di internet.
Alexander menjelaskan, berdasarkan perhitungan tim pemasaran Yandex, pengguna dapat menghemat waktu berselancar hingga 1 minggu jika memakai Yandex Search dengan AI dibandingkan dengan browser tradisional. Efisiensi ini dinilai sangat membantu, terutama bagi mereka yang melakukan riset ilmiah atau mempelajari topik tertentu di sekolah maupun universitas.
Menurutnya, Yandex menyajikan hasil pencarian yang lengkap, ringkas, dan terverifikasi sehingga lebih dapat diandalkan dibanding jawaban instan yang berpotensi memunculkan kesalahan.
“Yandex dapat memberikan jawaban yang komprehensif, menyajikan hasil pencarian yang lengkap, bukan sekadar jawaban yang berisiko menimbulkan halusinasi seperti ChatGPT,” kata Alexander.
Sebelumnya, Yandex resmi meluncurkan layanan pencarian berbasis AI dengan dukungan penuh bahasa Indonesia. Layanan ini dapat diakses secara gratis melalui laman utama yandex.com.
“Mesin pencarian modern sudah tidak bisa lagi sekadar menampilkan deretan tautan tetapi juga harus bisa memahami intensi pengguna, memberikan jawaban yang komprehensif sekaligus mencerminkan budaya dan konteks lokal,” kata Alexander dalam acara AI Innovation Summit (AIIS) 2025 di Jakarta, Selasa (16/9/2025).
