WIFI-DATA Cs Obral Paket Internet, Cuan IndiHome hingga Biznet Terdampak?

WIFI-DATA Cs Obral Paket Internet, Cuan IndiHome hingga Biznet Terdampak?

Bisnis.com, JAKARTA — PT Remala Abadi Tbk. (DATA) dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) membawa pertarungan internet rumah ke era internet murah dengan menghadirkan paket Rp100.000-an untuk kecepatan internet hingga 500 Mbps atau 50 lipat lebih besar dibandingkan dengan paket internet kompetitor pada range harga yang sama.  

Surge menghadirkan paket internet seharga Rp100.000 dengan kecepatan hingga 100 Mbps. Belakangan, kecepatan yang dijanjikan kemudian naik menjadi 200 Mbps. Melalui produk Starlite, perusahaan  menghadirkan internet cepat yang ramah di kantong rakyat.

Dalam wawancara dengan Bisnis, Direktur Utama Surge Yune Marketatmo mengatakan layanan internet seharga Rp100.000 dengan kecepatan hingga 200 Mbps dijalankan sesuai dengan aturan pemerintah, dan komitmen perusahaan untuk menghadirkan layanan yang terjangkau. 

“Tentu saja keputusan yang akan diambil mengikuti aturan pemerintah, serta fokus pada komitmen kami untuk menghadirkan internet berkualitas dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia,” kata Yune, dikutip Rabu (10/9/2025).

Paket internet NetHome milik Remala

Dalam perkembangannya, Surge ternyata bukan satu-satunya perusahaan telekomunikasi yang menawarkan internet di atas 100 Mbps seharga Rp100.000. Remala Abadi juga memiliki produk yang tidak kalah menarik.

Melalui Nethome, Remala menawarkan paket up to 500 Mbps seharga Rp116.000 (sudah termasuk pajak).

Selain itu, ada juga paket dengan harga Rp227.000 untuk kecepatan internet hingga 1 Gbps, yang dapat mendukung berbagai kebutuhan masyarakat. 

“Kami ingin menjadi game changer,” kata CEO Remala Abadi Agus Setiono kepada Bisnis.

Potensi Pelanggan Pindah

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Ian Yosef Edward, mengingatkan bahwa yang benar-benar membuktikan kualitas adalah tingkat layanan yang diterima pelanggan, bukan sekadar angka murah di brosur.

Ian menyatakan, harga Rp100.000 umumnya dipakai sebagai strategi menggaet pelanggan baru atau promo. Namun, jika jumlah pelanggan tidak mencukupi secara bisnis, perusahaan akan kesulitan menjamin speed di atas 100 Mbps dan menjaga kualitas layanan. 

“Jika pelanggan melebihi ambang kewajaran dan perusahaan tetap menjamin tingkat layanan, justru kualitas akan menurun, masyarakat kecewa, dan churn (perpindahan pelanggan) melonjak. Ujungnya, perusahaan dan pelanggan sama-sama dirugikan,” kata Ian kepada Bisnis, Kamis (11/9/2025). 

Pengguna menggunakan layanan internet tetap

Agar pelanggan tetap setia dan tidak pindah ke kompetitor, menurut Ian, perusahaan harus menjamin kenyamanan penggunaan serta ketersediaan (availability) internet yang tinggi, seperti adanya sistem cadangan agar gangguan dapat diminimalisir.

Layanan yang dijanjikan harus benar-benar dirasakan oleh pelanggan.

Lebih jauh, Ian menekankan pentingnya segmentasi pasar. Ada segmen pelanggan yang mengutamakan kualitas layanan meskipun tarifnya di atas Rp100.000. Sementara itu, ada juga kelompok yang sensitif terhadap harga dan memilih paket murah dengan konsekuensi kualitas standar.

“Kuncinya bukan sekadar perang harga, tapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan,” ujarnya.

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot berharap paket Rp100.000 berkecepatan 100 Mbps ke atas dapat menjadi tren positif mewujudkan broadband yang lebih terjangkau. 

“Merujuk ITU dan Broadband Alliance, memang ada semacam target

Namun, lanjut Sigit, untuk penyedia perlu diantisipasi juga jangan sampai mengarah ke perang harga. “Sampai kepada level harga yang tidak sehat sehingga tidak sustain lagi,” kata Sigit.

IndiHome – Biznet Tumbuh

Adapun dalam perkembangannya, kinerja layanan internet rumah milik Telkomsel, IndiHome, tetap mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pun dengan Biznet. 

Merujuk laporan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), pendapatan dari IndiHome residensial (B2C) stabil dengan pertumbuhan 0,5% pada semester I/2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.  Total pelanggan IndiHome residensial (B2C) meningkat sebesar 10% YoY menjadi 10,1 juta pelanggan. Sedangkan total keseluruhan pelanggan IndiHome B2C dan B2B sebesar 11,3 juta pelanggan atau tumbuh 7,1% YoY. Penetrasi konvergensi B2C IndiHome juga stabil pada 55%.

“Kami memperkuat efektivitas inisiatif upselling dan bundling lintas segmen dalam meningkatkan keterlibatan rumah tangga dan mendorong nilai pelanggan,” tulis manajemen dalam info memo. 

Presiden Direktur & CEO Biznet, Adi Kusma,

Sementara itu, PT Supra Primatama (Biznet) mengutamakan kualitas dalam memberikan layanan internet terbaik kepada pelanggan. Paket termurah yang ditawarkan perusahaan berkisar Rp175.000 untuk wilayah tertentu.

Pada Juli 2025, Presiden Direktur & CEO Biznet, Adi Kusma, mengatakan layanan internet Biznet saat ini ditawarkan mulai dari Rp175.000 per bulan, khususnya untuk wilayah kota kecil. 

Perusahaan belum memiliki rencana untuk menyediakan layanan di kisaran harga Rp100.000 per bulan secara nasional, untuk menghadapi persaingan yang makin ketat. 

Meski demikian, Adi mengakui jika ada penyedia layanan yang mampu memberikan kualitas baik dengan harga Rp100.000, maka pelanggan tentu akan merasa lebih puas.

“Bagi Biznet, kualitas layanan tetap menjadi prioritas utama dalam memberikan layanan kepada pelanggan,” kata Adi kepada Bisnis. 

Adi menambahkan hingga Juni 2025, perusahaan memiliki 3 juta homepass, dengan rata-rata  pertumbuhan homepass 10% per tahun.

Dia menyebut pertumbuhan bisnis internet rumah secara keseluruhan masih cukup stabil, meskipun dihadapkan pada tantangan melemahnya daya beli dan gejolak ekonomi.

“Karena memang kebutuhan internet juga semakin tinggi di kalangan masyarakat,” kata Adi.