Nasi Hangat untuk Para Penjaga, Potret Ketangguhan Jatim yang Tak Lekang Didera Ancaman

Nasi Hangat untuk Para Penjaga, Potret Ketangguhan Jatim yang Tak Lekang Didera Ancaman

Surabaya (beritajatim.com) – Suasana di Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya, masih terasa tegang hingga saat ini. Peristiwa terbakarnya Gedung Negara Grahadi pada Sabtu malam (30/8/2025) akibat ulah perusuh memantik kesadaran bersama bahwa Jatim sedang tidak baik-baik. Sedang terancam. Semua marah.

Namun, terpuruk bukan menjadi frasa yang dipilih oleh Jatim. Situasi sulit yang mendera Jatim belakangan ini justru kembali membangkitkan solidaritas di antara sesama anak bangsa. Langkah kecil nan sederhana pun terbangun demi mengembalikan semangat Jatim yang terkenal tangguh, tahan banting, dan berani.

Salah satu Langkah kecil itu adalah dapur umum. Bentuknya sederhana, cukup dengan tenda terbuka. Semburan api didorong gas terdengar begitu kencang, diselingi suara dentingan besi dari tumbukan spatula dan wajan besar. Aroma sedap masakan rumahan pun menyeruak. Membangkitkan rasa lapar.

Dari halaman Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Timur, tangan-tangan itu bekerja. Mulai dari mengupas sayuran, mencuci daging ayam, mengolah menu, hingga mengemas setiap porsi makanan. Lincah, terlatih, penuh dedikasi. Menyiapkan sumber tenaga untuk para personel pengamanan objek vital Provinsi Jawa Timur di Kota Surabaya.

Keberadaan dapur umum ini menjadi vital untuk menunjang proses pengamanan usai kerusuhan akhir Agustus lalu. Fasilitas ini pun lahir atas instruksi langsung dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.

“Dalam rangka pemulihan keamanan ketertiban pasca demonstrasi, Bu Gubernur memerintahkan kita untuk membentuk dapur umum. Tentunya ini didukung oleh teman-teman BPBD dan Dinas Sosial,” ujar Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur, Muhammad Yasin.

Sejak pagi, dapur umum telah beroperasi penuh, melayani 3.500 porsi setiap kali masak. 10.500 porsi sehari untuk tiga kali makan. Porsi itu didistribusikan ke berbagai titik penjagaan, mulai dari Gedung Negara Grahadi, Tugu Pahlawan, Sekretariat DPRD Jatim, hingga rumah dinas Gubernur dan Wakil Gubernur.

“Kita kenapa dapur umum, karena ini lebih fleksibel. Kalau perkembangan pergerakan personel banyak lagi, ya kita tinggal nambah porsi begitu saja. Karena kita ini kan punya teman-teman Tagana yang saya kira sudah terlatih,” lanjut Yasin.

Yang menarik, menu yang tersaji bukan sekadar nasi kotak standar. Yasin, dengan nada penuh semangat, bahkan ikut turun tangan di dapur. “Menu siang tadi kebetulan saya masak sendiri, ada ayam, kemudian mie, ada sayurnya, oseng-oseng wortel, kentang, buncis dan sebagainya. Ada telor juga. Yang jelas, saya amati jauh lebih mewah kalau dibanding dengan kita beli biasanya nasi kotak,” katanya sambil tersenyum.

Personel dapur umum Tagana sedang mempersiapkan makanan sebelum dikirim ke petugas pengamanan objek vital di Surabaya. (Foto: Rahardi J Soekarno/beritajatim.com)

Setiap hari, 3.500 porsi itu akan terus dimasak dan disalurkan. Targetnya, dapur umum berjalan selama 10 hari ke depan, sambil menunggu evaluasi kondisi keamanan.

“Kalau memang kondisi oleh yang berwenang menyatakan sudah tidak perlu penjagaan, ya tentunya kita akan hentikan,” jelasnya.

Pendanaan kegiatan ini sepenuhnya berasal dari APBD Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi dapur umum di Bappeda pun dipertimbangkan matang.

“Kenapa ditaruh di Bappeda, karena Bappeda dianggap tengah-tengah. Jadi bisa menjangkau ke Grahadi, ke Pahlawan, bisa menjangkau ke titik-titik lain,” ungkap Yasin.

Jika dihitung, dapur umum ini memproduksi 10.500 porsi makanan setiap harinya, tiga kali waktu makan. Ketua Tim Kerja Penanganan Bencana Alam Dinas Sosial Jawa Timur, Hanif Ikhsanudin, memastikan variasi menu terus dijaga agar para personel tak bosan.

“Menu dapur umum, layanan yang kita berikan melalui Dapur Umum Tagana Provinsi Jawa Timur mulai dari tanggal 4 ini ada beberapa memang untuk menu, bervariatif. Sehingga tidak membuat para personel pengamanan pasca demonstrasi ini bosan dengan menu yang kami sediakan,” terang Hanif.

Pengemasan makanan di Dapur Umum Tagana depan Bappeda Jatim. (Foto: Rahardi J Soekarno/beritajatim.com)

Sebanyak 150 personel Tagana dari berbagai kabupaten/kota ikut terlibat, ditambah unsur Sahabat Tagana dan Tagana Rajawali yang berasal dari komunitas Kristiani.

“Sehari untuk pagi kami menyediakan 3.500 porsi, siang 3.500 porsi, malam 3.500 porsi. Tiga kali dalam sehari, masaknya tiga kali,” jelas Hanif.

Di balik ribuan porsi itu, ada kerja kolektif tanpa henti: Tagana yang sibuk mencuci beras sejak subuh, wajan-wajan besar yang terus mengepul, hingga antrean kendaraan yang siap mengangkut kotak-kotak makanan ke titik-titik penjagaan.

Bagi para personel pengamanan yang bertugas siang dan malam, dapur umum ini menjadi oase kecil. Makanan hangat, aroma masakan rumahan, dan sentuhan kemanusiaan di tengah tugas berat menjaga stabilitas Jawa Timur. [tok/beq]