Surabaya (beritajatim.com) – Peristiwa demonstrasi yang berujung kericuhan di Jakarta, Jumat (29/8/2025), menyisakan duka mendalam setelah seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, meninggal dunia. Menanggapi tragedi tersebut, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan agar aparat keamanan dan masyarakat tidak dipertentangkan.
Mahfud menegaskan, baik massa aksi maupun aparat lapangan tidak bisa serta-merta dijadikan kambing hitam. Menurutnya, persoalan sebenarnya justru bersumber dari elit yang kerap mempermainkan politik dan ekonomi demi kepentingan pribadi.
“ Sabar dan jernih dalam melihat peristiwa. Mereka yang demo dan marah-marah tak bisa disalahkan dan ditindak secara represif karena mereka menyampaikan aspirasi dalam penegakan keadilan. Personel aparat berbarakuda di lapangan yang kemudian menabrak pendemo juga harus dikasihani. Mereka itu mungkin panik karena terjepit,” ujar Mahfud dalam unggahannya di Instagram, Sabtu (30/8/2025).
Kericuhan bermula ketika kendaraan taktis barakuda disebut menabrak sejumlah pendemo. Affan Kurniawan, salah satu peserta aksi yang juga mitra driver ojol, menjadi korban hingga meninggal dunia. Insiden ini memicu gelombang duka sekaligus amarah dari berbagai kalangan.
Mahfud menilai, tragedi semacam ini semestinya menjadi peringatan keras bagi semua pihak agar tidak mengorbankan rakyat dan aparat lapangan hanya karena kepentingan elit politik.
Dalam pernyataannya, Mahfud tidak segan menuding pejabat yang korup dan tamak sebagai aktor utama di balik situasi ricuh. Ia menyebut praktik “serakahnomics” – sebuah istilah sindiran untuk menggambarkan keserakahan dalam politik dan ekonomi – sebagai biang kerok masalah.
“Yang salah adalah pejabat-pejabat korup yang memainkan politik dan ekonomi yang serakahnomics. Itu biang utamanya,” tegas Mahfud.
Mahfud juga mengajak masyarakat luas untuk tidak mudah terprovokasi. Menurutnya, menjaga kewarasan berpikir menjadi kunci agar aspirasi tetap tersampaikan tanpa menambah korban jiwa.
“Jangan benturkan aparat lapangan dengan rakyat yang menuntut dan menggunakan hak konstitusionalnya. Kendorkan saraf, kencangkan urat, sehatkan badan,” lanjutnya. [fyi/beq]
