DPRD Desak Evaluasi Internal Sekolah Usai Temuan Iuran Wisuda di Surabaya

DPRD Desak Evaluasi Internal Sekolah Usai Temuan Iuran Wisuda di Surabaya

Surabaya (beritajatim.com) – Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Ais Shafiyah Asfar mendesak evaluasi serius terhadap manajemen internal sekolah negeri usai mencuatnya kasus pungutan iuran wisuda di salah satu SMP Negeri di kota pahlawan.

Dia menilai kejadian ini menunjukkan bahwa masih ada kepala sekolah atau komite sekolah yang belum memahami bahwa acara kelulusan bukanlah beban, tetapi momen sederhana untuk merayakan capaian siswa.

“Saya sangat menyayangkan kejadian seperti ini. Saya tegaskan bahwa tidak boleh ada pungutan dalam bentuk apapun, termasuk iuran wisuda atau acara kelulusan di tingkat SD atau SMP, baik negeri maupun swasta di Surabaya,” kata Ais Shafiyah Asfar, Kamis (1/5/2025).

Politisi muda PKB inu juga menilai perlunya kebijakan yang lebih konkret dari Pemkot Surabaya dalam melarang segala bentuk pungutan tidak wajib di sekolah. Menurutnya, pengawasan dan pembinaan harus diikuti dengan sanksi yang tegas jika ditemukan pelanggaran.

“Jika masih ditemukan pelanggaran berupa iuran kelulusan, maka kepala sekolah terkait harus ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya.

Ais juga mendorong agar setiap kegiatan akhir tahun dilakukan dalam koridor yang menjunjung prinsip kesetaraan dan kepedulian sosial. Dia menegaskan bahwa tidak semua keluarga siswa berada dalam kondisi ekonomi yang sama.

“Sekolah harus memastikan seluruh proses kelulusan bersifat inklusif dan tidak membebani orang tua murid secara ekonomi,” tegas Ning Ais.

Dia pun mendukung penuh kebijakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang menganjurkan agar pelepasan siswa dilakukan secara sederhana namun bermakna.

“Saya juga mendukung penuh langkah Dispendik bahwa acara pelepasan siswa harus dilakukan secara sederhana,” katanya.

Ais mengingatkan kembali bahwa pendidikan di Surabaya harus bebas dari tekanan finansial tersembunyi, dan sekolah wajib membangun budaya kebersamaan, bukan kesenjangan.

“Karena esensi dari acara kelulusan adalah merayakan pencapaian belajar, bukan soal kemewahan atau acara seremonial yang membebani orang tua siswa. Sekolah di Surabaya harus bisa fokus pada nilai kebersamaan, bukan pada iuran atau gengsi acara,” pungkasnya.[ADV]