Nasib Tragis Bocah Harus Transplantasi Ginjal gegara Dihukum Squat 1.000 Kali

Nasib Tragis Bocah Harus Transplantasi Ginjal gegara Dihukum Squat 1.000 Kali

Jakarta

Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun harus menjalani transplantasi ginjal karena organnya rusak setelah dipaksa melakukan 1.000 squat sebagai hukuman. Insiden ini menyoroti bahaya hukuman fisik ekstrem dan dampaknya yang menghancurkan.

Kejadian ini terjadi di Agustus 2023. Remaja bernama samaran Ajun, dari Guilin, Provinsi Guangxi, China selatan, tertangkap mencuri uang tunai 3.500 yuan (sekitar Rp 7,8 juta) dari mobil yang terparkir. Karena usianya di bawah 16 tahun, batas usia minimum untuk penuntutan pidana, polisi mengirimnya ke Sekolah Yongqing untuk ‘pendidikan korektif’.

Ayahnya, Jiang Peifeng, mengatakan Ajun akan memulai tahun ketiga sekolah menengah dan sedang dalam fase memberontak. Ia percaya menyerahkan putranya kepada pihak berwenang mungkin akan memberinya pelajaran berharga.

“Dia sedikit nakal tapi belum pernah melanggar hukum sebelumnya. Mereka tidak memberi tahu saya apa yang telah dia lakukan, mereka hanya mengatakan akan memberitahu saya setelah semuanya jelas,” kata Jiang kepada Guangxi Daily News.

Hukuman Berujung Petaka

Namun, pada 13 September, Jiang menerima telepon dari Rumah Sakit Pusat Yongzhou. Telepon itu memberitahunya bahwa putranya dirawat dalam kondisi kritis dan perlu dipindahkan ke fasilitas yang lebih tinggi. Jiang terkejut menemukan tubuh Ajun bengkak dan dipenuhi luka. Sang ayah kemudian mengetahui bahwa 20 hari sebelumnya, Ajun telah dihukum fisik di sekolah, bersama seorang teman sekelasnya.

Pada 1 September, seorang instruktur bor bernama Du memerintahkan mereka untuk melakukan deep squat. Hari itu, sekitar 30 siswa dihukum, dan Ajun menyelesaikan sekitar 1.000 squat hanya dalam 45 menit.

“Instruktur menyuruh saya melakukannya dengan tangan terkunci di belakang kepala. Saya menghitung sekitar 1.000. Setelah itu, kaki saya gemetar dan saya hampir tidak bisa berdiri,” kata Ajun.

Tiga hari kemudian, Ajun melihat darah dalam urinenya dan kakinya mulai membengkak. Meskipun didiagnosis menderita kista ginjal, pelatihan fisik tetap berlanjut. Kondisi Ajun memburuk dengan cepat. Ia kemudian didiagnosis menderita penyakit ginjal dan kadar urin yang tinggi dalam darahnya.

Harus jalani transplatasi ginjal

Pada Juni tahun lalu, Ajun harus menjalani transplantasi ginjal. Jiang, sang ayah, mengungkapkan bahwa ia telah menjual rumah mereka dan mengambil pinjaman bank sebesar 450.000 yuan (sekitar Rp 1 miliar) untuk menutupi hampir satu juta yuan (sekitar Rp 2,2 miliar) biaya pengobatan.

Pada bulan yang sama, Juni lalu, Jiang mengajukan gugatan terhadap Biro Keamanan Publik Yongzhou Cabang Lengshuitan dan Sekolah Yongqing. Pada Maret tahun ini, ahli forensik menyimpulkan bahwa kondisi Ajun secara langsung disebabkan oleh hukuman fisik yang berlebihan dan mengklasifikasikannya sebagai penderita disabilitas tingkat lima.

Kisah ini menjadi pengingat keras tentang pentingnya batas dalam penerapan hukuman dan perhatian terhadap kesehatan fisik serta mental siswa dalam lingkungan pendidikan.

(kna/kna)