Jatim Masih Butuh 4 Ribu Dapur MBG, 5 Ribu Peminat Ajukan Tawaran

Jatim Masih Butuh 4 Ribu Dapur MBG, 5 Ribu Peminat Ajukan Tawaran

Jember (beritajatim.com) – Provinsi Jawa Timur masih membutuhkan empat ribu dapur Makan Bergizi Gratis (MBG). Kurang lebih lima ribu peminat mengajukan tawaran untuk mendirikan dapur. Tidak semuanya memenuhi syarat.

“Setelah dievaluasi BGN (Badan Gizi Nasional), kebanyakan peminat dari perusahaan. Padahal perusahaan tidak diperbolehkan. Yang diperbolehkan untuk mendirikan dapur itu adalah yayasan,” kata Satib, anggota DPRD Jawa Timur dari Partai Gerakan Indonesia Raya, usai acara ‘Sarasehan Peranan Pemuda dalam Menyongsong Indonesia Emas’, di Hotel Bintang Mulia, Minggu (15/6/2025).

Kuota untuk setiap yayasan dibatasi maksimal sepuluh dapur. “Kita diberi kesempatan untuk membuat yayasan. Karena kebutuhan yayasan sangat mendesak, akhirnya Kementerian Hukum sangat memprioritaskan proses yayasan yang didirikan untuk menangani dapur MBG,” kata Satib. Sertifikat yayasan hanya memakan waktu satu pekan.

Setiap yayasan akan mendapat keuntungan Rp 2 ribu per paket makanan. Pemerintah juga menyediakan anggaran Rp 3 ribu per paket makanan untuk operasional. Sementara anggaran untuk makanannya sendiri Rp 10 ribu per paket makanan.

“Jadi total Rp 15 ribu. Namun yang Rp 10 ribu per paket makanan tidak bisa diutik-utik karena nanti ada pengawasan langsung dari BGN. BGN akan menempatkan orang di setiap dapur untuk mengontrol gizi,” kata Satib.

Anggota Fraksi Gerindra di DPRD Jatim didorong untuk membuka dapur-dapur untuk menunjang program Presiden Prabowo Subianto itu. “Di internal kami baru dibentuk tim yaitu Tim Tiga, salah satunya saya. Insyaallah kami baru mulai rapat Rabu yang akan datang,” kata Satib.

Ini disambut antusias oleh Satib. Rencananya, dia akan mendirikan dua dapur di kawasan perdesaan. “Nanti untuk plotting pendistribusiannya, yang menetapkan BGN. Kami hanya menyiapkan dapur dan makanannya. Dikirim ke mana, BGN yang menentukan. Bukan kita cari sendiri,” katanya.

Satib memandang program BGN ini akan menguntungkan warga perdesaan. “Dengan berdirinya dapur-dapur, otomatis yang dilayani mayoritas di desa. Kebutuhan bahan-bahannya dari desa. Ini nanti otomatis bisa menggerakkan perekonomian di desa,” katanya. [wir]