Jombang (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Jombang menunjukkan komitmen serius dalam mendukung pelestarian budaya dan penguatan ekonomi kreatif lokal dengan turut hadir dalam ajang Wastra Batik Bojonegoro Festival (BWBF) 2025 yang berlangsung di Alun-alun Bojonegoro, Rabu (18/6/2025).
Acara tahunan ini menjadi salah satu pameran batik terbesar di Jawa Timur yang tahun ini menampilkan 105 stan dari berbagai daerah, termasuk delapan daerah dari Jawa Tengah.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Jombang, Hj. Yuliati Nugrahani, hadir bersama Bupati Jombang H. Warsubi, Wakil Bupati H. Salmanudin Yazid beserta istri Ning Ema Erfina, serta Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang, Suwignyo.
Dalam kesempatan tersebut, mereka menegaskan pentingnya peran wastra sebagai bagian dari identitas budaya bangsa dan sebagai penggerak ekonomi kreatif berbasis lokal.
“Wastra bukan sekadar kain melainkan sebuah identitas dan kebanggaan kita sebagai bangsa. Kami berharap, ke depan Jombang juga bisa membuka lebih banyak peluang kolaborasi antar daerah, sekaligus memperkuat daya saing UMKM dan perajin batik Jombang di kancah regional bahkan nasional,” ujar Hj. Yuliati.
Menurutnya, BWBF 2025 bukan hanya sekadar pameran karya batik, namun juga menjadi wadah edukasi, promosi, dan pemberdayaan sektor kreatif. Keterlibatan berbagai daerah dalam pameran ini memperkaya ragam wastra yang ditampilkan dan memperluas jangkauan pasar bagi para perajin.
Selain menghadiri pembukaan acara, Yuliati juga menyempatkan diri untuk berkeliling bersama Ketua Dekranasda Jawa Timur, Arumi Bachsin, mengunjungi sejumlah stan batik. Kegiatan ini menunjukkan dukungan langsung kepada para pelaku usaha batik yang sedang memamerkan hasil karya mereka.
Bupati Jombang, H. Warsubi, menyampaikan bahwa batik telah menjadi salah satu program prioritas dalam pembangunan ekonomi daerah.
“Beberapa waktu lalu, di Jombang kami juga telah menggelar pelatihan membatik yang melibatkan generasi muda dan pelaku UMKM pemula. Ini bagian dari program 100 hari kerja, sebagai langkah awal menyiapkan regenerasi perajin batik Jombang sekaligus sebagai upaya mewujudkan 1 dusun, 1 wirausaha,” jelasnya.
Warsubi juga memperkenalkan wastra khas Jombang bernama Deles yang memiliki filosofi mendalam tentang kesederhanaan, ketekunan, dan nilai-nilai kejawaan. “Ke depan, Wastra Jombang Deles harus naik kelas. Tidak hanya dipakai dalam seremoni pemerintahan, tapi juga menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat,” tambahnya.
Senada dengan itu, Kepala Disperindag Jombang, Suwignyo, menyampaikan bahwa pihaknya akan terus mendampingi pelaku usaha batik agar lebih siap menghadapi pasar yang semakin kompetitif.
“Melalui event sebesar BWBF, kita bisa melihat potensi besar dari daerah-daerah lain. Dan wastra Jombang sendiri sebenarnya tidak kalah. Kedepan, kami akan terus mengembangkan ekosistem industri kreatif, mulai dari pembinaan motif lokal, pelatihan pewarnaan alam, hingga pemasaran digital,” ujarnya.
Kehadiran jajaran Pemkab Jombang dalam BWBF 2025 dinilai sebagai langkah nyata dalam mendukung pelestarian budaya lokal dan pemberdayaan UMKM melalui kolaborasi antar daerah. Momentum ini diharapkan bisa menjadi titik awal bagi kebangkitan kembali batik Jombang sebagai identitas daerah yang berdaya saing. [suf]
