Magetan (beritajatim.com) – Telaga Sarangan, salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Magetan, belakangan ini mendapat banyak keluhan dari pengunjung. Masalah seperti penataan kawasan, kemacetan, hingga perilaku pedagang menjadi sorotan.
Namun, rupanya bukan hanya pengunjung yang menuntut Pemerintah Kabupaten Magetan berbenah. Sejumlah pelaku usaha di sekitar Telaga mengaku sudah menyarankan sejumlah hal pada pemerintah. Mereka menudih pemerintah tidak cepat tanggap untuk berbenah.
Salah satu pelaku usaha hotel dari Nirwana Group, Hendri Satriyo Wibowo mengatakan kawasan Telaga Sarangan membutuhkan pembenahan total. Ia menyoroti beberapa aspek, antara lain:
1. Penataan PKL: PKL perlu dipindahkan ke lokasi khusus agar jalan wisata di tepian telaga steril. Hal ini penting untuk menjaga kenyamanan pengunjung menikmati keindahan Telaga Sarangan.
2. Pengelolaan Sampah: Hendri menyarankan agar dibuat tempat pengolahan sampah yang terintegrasi, serta optimalisasi petugas kebersihan dari hotel dan masyarakat sekitar.
3. Kemacetan: Ia mengusulkan pembuatan jalur alternatif menuju Telaga Sarangan untuk menghindari antrian panjang. Selain itu, pengunjung bisa diarahkan ke pusat oleh-oleh saat pulang untuk mengurangi beban di kawasan utama.
4. Inovasi Destinasi: Sarangan dianggap kurang inovatif dalam menawarkan daya tarik wisata baru. Monotonitas ini membuat pengunjung kehilangan minat.
“Saya melihat destinasi wisata di sekitar Sarangan seperti Tawangmangu telah berkembang pesat dan dikelola lebih baik, sehingga menjadi saingan serius,” kata Hendri, Jumat (10/01/2025).
Tak hanya Hendri, Nisan, salah seorang pelaku usaha kuliner dan hotel di Sarangan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Telaga Sarangan yang kurang berkembang.
Dia menyebutkan beberapa masalah:
Penanganan Sampah: Tidak adanya pengelolaan sampah yang memadai menyebabkan kawasan ini terlihat kumuh. Dirinya mengaku sudah menyarankan agar ada penempatan sejumlah tempat sampah, namun dia mengaku pemerintah tak menggubris permintaannya.
Fasilitas: Minimnya tempat berteduh saat hujan dan penerangan yang tidak memadai di beberapa area menjadi keluhan utama.
Kualitas Pelayanan: Beberapa pedagang masih mempraktikkan perilaku yang kurang simpatik, seperti menaikkan harga secara tidak wajar.
Kurangnya Pembinaan: Nisan juga menyoroti kurangnya pembinaan kepada pelaku wisata. Menurutnya, pembenahan tidak cukup hanya dari segi fisik, tetapi juga harus menyentuh mentalitas pelaku usaha.
“Saya berharap pemerintah lebih mendengar dan menindaklanjuti saran dari para pelaku wisata. Perlu evaluasi menyeluruh, terutama terkait penataan kawasan dan fasilitas,” katanya.
Poin-Poin Pembenahan Penting
Berdasarkan tanggapan pelaku usaha, berikut beberapa langkah yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi Telaga Sarangan:
1. Inovasi Wisata: Menambahkan atraksi baru untuk menarik pengunjung, seperti event tahunan, wahana, atau spot ikonik.
2. Pengelolaan Lingkungan: Memperbaiki sistem pengelolaan sampah, menyediakan tempat pengolahan, dan meningkatkan kebersihan.
3. Peningkatan Fasilitas: Menyediakan jalur alternatif, memperbaiki penerangan, dan menambah tempat berteduh bagi pengunjung.
4. Pembinaan Pelaku Usaha: Memberikan pelatihan kepada pedagang untuk meningkatkan pelayanan dan membangun kesadaran pentingnya menjaga nama baik kawasan wisata.
Pelaku usaha sepakat bahwa Telaga Sarangan memiliki potensi besar untuk kembali menjadi ikon wisata di Jawa Timur. Namun, diperlukan kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk melakukan pembenahan. Tanpa langkah konkret, dikhawatirkan daya tarik wisata Sarangan akan terus menurun, dan pengunjung akan memilih destinasi lain yang lebih tertata.
Dengan pembenahan menyeluruh, Telaga Sarangan diharapkan mampu bersaing dengan destinasi wisata lain di kawasan sekitarnya dan kembali menjadi tujuan utama wisatawan. [fiq/kun]
