TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan AS sedang melakukan pembicaraan langsung dengan Iran terkait perjanjian nuklir.
Selama pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ruang Oval Gedung Putih, Trump mengindikasikan kemungkinan terjadinya pertemuan besar antara kedua pihak.
Selain itu, presiden AS menekankan bahwa perjanjian berikutnya bisa berbeda dan lebih kuat.
Namun, ia memperingatkan bahwa kegagalan perundingan akan menempatkan Iran pada bahaya besar.
“Iran tidak dapat memiliki senjata nuklir dan jika perundingan tidak berhasil, saya rasa ini akan menjadi hari yang sangat buruk bagi Iran,” kata Trump di Ruang Oval, Senin (7/4/2025), seperti diberitakan Reuters.
Dia menganggap sudah jelas bahwa mencapai kesepakatan adalah lebih baik.
Trump mengatakan pembicaraan ini merupakan bagian dari upaya untuk menghindari konflik, dan menekankan keberhasilan negosiasi ini akan berpihak pada kepentingan Iran.
Ia menambahkan bahwa Israel ingin menjadi mitra dalam negosiasi antara AS dan Iran.
“Israel ingin terlibat di dalamnya,” katanya, yang menunjukkan keinginan Tel Aviv untuk memainkan peran dalam menentukan hasil dari setiap kesepakatan potensial.
Sementara itu, Netanyahu menekankan Israel berupaya meniru model Libya, yang melihat Tripoli menghentikan program nuklirnya dengan imbalan jaminan internasional.
“Jika kita dapat mencapai kesepakatan diplomatik penuh dengan Teheran, itu akan menjadi hal yang baik,” kata Netanyahu.
Netanyahu menekankan kesatuan posisinya dengan AS dalam menolak kepemilikan senjata nuklir Iran.
“Kita semua bersatu dalam mencegah Teheran mencapai ambang batas itu,” ujarnya, seperti diberitakan Al Mayadeen.
Ia menegaskan bahwa Israel mendukung solusi diplomatik jika efektif.
Dalam konferensi pers tersebut Trump menambahkan pembicaraan hari Sabtu dengan Iran akan berlangsung pada tingkat yang sangat tinggi, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Ia menolak mengatakan di mana pembicaraan akan berlangsung tetapi menyatakan kemungkinan bahwa kesepakatan dapat dicapai.
Sebelumnya, Iran telah menolak tuntutan Trump dalam beberapa minggu terakhir agar negara itu berunding langsung mengenai program nuklirnya atau akan dibom dan tampaknya Iran tetap pada posisi itu pada hari Senin.
“Pembicaraan tingkat tinggi tidak langsung akan diadakan di Oman. Ini merupakan kesempatan sekaligus ujian. Keputusan ada di tangan Amerika,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi di platform X.
Sebelumnya, AS dan Iran mengadakan pembicaraan tidak langsung selama masa jabatan mantan Presiden Joe Biden, namun tidak banyak kemajuan yang dicapai.
Negosiasi langsung terakhir yang diketahui antara kedua pemerintah terjadi di bawah Presiden Barack Obama, yang mempelopori kesepakatan nuklir internasional 2015.
Namun, pada tahun 2018, Trump yang menjadi presiden saat itu menarik AS dari perjanjian tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)