JAKARTA – Fenomena incel yang awalnya sekadar tempat curhat kini bertransformasi menjadi budaya yang toxic di dunia maya. Hal ini terungkap lewat serial Netflix Adolescence.
Adolescence masih menjadi pembicaraan masyarakat luas sejak ditayangkan pertama kali secara global pada 13 Maret lalu. Hingga dua pekan masa penayangannya, Adolescence telah menjangkau 66,3 juta penonton Netflix.
Serial empat episode ini langsung menjadi perhatian, mulai dari orang tua sampai pemerhati anak dan remaja karena ceritanya yang disebut mendekati kehidupan nyata di era sekarang ini.
Para orangtua yang menonton Adolescence mungkin terkejut dengan cerita yang diangkat, yaitu mengenai penangkapan Jamie Miller (Owen Cooper) yang dituduh membunuh teman sekelasnya, Katie Leonard (Emilia Holliday).
Secara tidak langsung serial ini memberi banyak paham bagi pemirsa untuk membahas cara orang tua membesarkan anak-anak di era sekarang ini.
Incel atau involuntary celibate adalah julukan untuk kaum laki-laki yang merasa tidak mampu menarik minat atau terlibat secara seksual atau romantis dengan lawan jenis, padahal mereka menginginkannya. (Ist)
Media Sosial Jadi Bumerang
Ide cerita Adolescence yang digagas Stephen Graham dan Jack Thorne, serta diracik sineas Philip Barantini mengangkat isu-isu yang sensitif dan kontroversial di tengah-tengah kehidupan remaja di masa puber mereka.
Graham mengatakan, ia terinspirasi untuk membuat serial ini setelah melihat dua laporan terpisah tentang anak laki-laki yang menikam bocah perempuan hingga meninggal.
“Saya membatin apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita sampai-sampai hal semacam ini menjadi lumrah? Saya sungguh tidak habis pikir. Maka dari itu saya ingin benar-benar mencoba menyoroti masalah spesifik ini,” kata Graham
Dalam serial ini, tersirat secara kuat bahwa karater Jamie telah dipengaruhi oleh forum daring yang misoganis. Dalam kasus ini, narasi tersebut menampilkan incel, atau orang-orang yang “involuntary celibate”, serta sudut pandang daring yang ekstrem dapat memengaruhi anak bahkan saat mereka dianggap “aman” di kamar tidur mereka.
Poster film Adolescence yang sedang tayang di Netflix dan sudah ditonton 66,3 juta pemirsa. (Internet Movie Database)
Jack Thorne, selaku penulis Adolescence, membuat gagasan incel menjadi fokus utama dalam serial tersebut karena pembahasan ini menarik untuk diangkat.
“Gagasan di balik budaya incel sangat menarik karena gagasan tersebut masuk akal untuk banyak hal, seperti perasaan terisolasi, harga diri rendah, perasaan tidak menarik,” ujar Thorne.
“Gagasan tersebut memberi tahu bahwa ada alasan mengapa dunia menentang kita, karena dunia dibangun dari sudut pandang perempuan, dan para perempuan ini memiliki semua kekuasaan. (Gagasan ini menunjukkan bahwa) kita perlu memperbaiki diri, dengan pergi ke pusat kebugaran, belajar cara memanipulasi dan belajar cara menyakiti,” ungkapnya.
Thorne juga menuturkan, telepon pintar bisa menjadi bumerang untuk anak-anak yang sedang mencari jati diri. Bukan tentang telepon pintarnya, tapi apa yang diakses di dalamnya, yaitu media sosial.
Bermula dari Komunitas Orang Kesepian
Incel adalah kependekan dari involuntary celibate. Secara sederhana, incel adalah julukan untuk kaum laki-laki yang merasa tidak mampu menarik minat atau terlibat secara seksual atau romantis dengan lawan jenis, padahal mereka menginginkannya. Akhirnya, mereka menyalahkan perempuan atas kesepian mereka.
Meski istilah ini bersinggungan dengan misogini dan kelompok yang didominasi laki-laki, orang yang dianggap sebagai pencetus istilah incel adalah pelajar Kanada yang mengidentiifikasi dirinya sebagai biseksual, dengan nama Alana. Ia yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut pada 1990-an melalui situs web pribadinya yang disebut “Alana’s Involuntary Celibacy Project”.
Istilah incel menjadi bagian dari bahasa yang ia gunakan dengan para pengikutnya saat mereka membahas perasaan malu dan canggung secara sosial. Awalnya, situs ini dibuat Alana sebagai support system bagi laki-laki dan perempuan yang merasa senasib, yaitu kesepian.
Namun, menurut Ryan Muhammad Fahd dan Akbar Muhammad Arief dalam artikel “Fenomena Involuntary Celibacy (Incel), Generasi Mutakhir Terorisme?” ketika Alana mulai meninggalkan situs buatannya pada 2000, incel justru berubah menjadi fenomena dan ideologi ekstrem.
Alana disebut terkejut karena istilah yang ia perkenalkan berubah menjadi kelompok ekstremis yang membenci perempuan, bahkan beberapa kali berujung pada kasus-kasus pembunuhan.
Salah satunya kasus pembunuhan di Isla Vista, California pada 23 Mei 2014. Elliot Rodgers menikam tiga orang dan menembaki tiga korban lain, serta melukai 14 lainnya dengan motif misoginis. Setelah itu ia bunuh diri.
Sebelum menjalankan aksinya, Rodger mempublikasikan video secara online yang menggambarkan kebenciannya hingga ingin membunuh setiap perempuan yang tak mau berkencan dengannya.
Ada pula kasus Alek Minassian, yang menabrakkan mobil van-nya di Toronto pada 23 April 2018. Insiden ini menimbulkan 11 korban meninggal dan 15 lainnya luka-luka. Aksi Minassian ternyata terinspirasi dari kasus Rodgers sebagai simpatisan kelompok incel.
Alarm untuk Orang Tua
Serial Adolescence tidak hanya mengguncang sekaligus menjadi alarm untuk para orang tua, bahwa bahaya di dunia maya yang mengincar anak-anak tak lagi bisa diremehkan. Orang tua diminta selalu memantau aktivitas digital anak, apa yang diakses di dunia maya, serta memberi pengertian mana yang baik dan tidak baik.
Theresa Nguyen, Kepala Riset Kesehatan Mental Amerika dan seorang ibu dari dua anak laki-laki usia sekolah mengatakan kemajuan teknologi dapat mempersulit cara orang tua menjaga anak-anak tetap aman.
“Informasi dan teknologi membawa seluruh dunia ke ujung jari kita, jadi butuh sedikit waktu bagi orangtua untuk memahami cara kita berinteraksi dengan anak-anak kita di sekitar ruang-ruang ini,” katanya kepada Today.com.
Nguyen menambahkan, kreator konten daring menargetkan anak-anak usia delapan tahun. Saat seorang anak mencapai usia 13, mereka mungkin sudah cukup banyak mengonsumsi konten ini.
Mobil yang rusak, diduga dikendarai oleh Elliot Rodger, yang melakukan penusukan dan penembakan di Isla Vista, California, pada 2014. (Ist)
Sehingga, alih-alih menggunakan masa remaja untuk mengeksplorasi seksualitas mereka, anak-anak muda ini menganggap apa yang mereka tonton daring sebagai “model tentang seperti apa seharusnya pria yang kuat”.
Pada akhirnya, menurut Nguyen, pesan itu mendorong mereka ke arah kekerasan yang lebih besar.
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah melakukan diskusi setiap hari tentang apa saja yang anak-anak lihat secara daring, bahkan jika anak masih berusia di bawah tujuh tahun.
“Mulai membangun hubungan dengan anak Anda sehingga Anda bisa menanyakan apa pun dan mereka tidak berpikir ini aneh,” pungkasnya.