Jakarta –
Seorang konselor pernikahan mengungkapkan kasus-kasus perceraian di Malaysia yang meningkat. Banyak pasangan-pasangan yang lebih tua memilih bercerai karena kecanduan ponsel dan media sosial, sehingga menyebabkan terputusnya komunikasi serta keintiman pasutri.
Konselor independen Hushim Salleh mengatakan bahwa setengah dari semua pasangan yang lebih tua di Selangor meningkat selama tiga tahun terakhir.
Menurut Hushim, para istri sering mengeluhkan kurangnya interaksi karena suami-suami mereka sibuk bermain ponsel hampir sepanjang hari.
“Saya dapat mengatakan bahwa 90 persen dari waktu itu adalah istri yang akan meminta cerai. Para suami mereka hanya duduk dan bermain ponsel hampir sepanjang hari. Menurut Anda, apa yang dirasakan para istri? Kesepian,” terangnya yang dikutip dari South China Morning Post.
Hushim mengungkapkan kecanduan media sosial merupakan keluhan utama yang muncul selama sesi konselingnya. Dalam sebulan, ia bisa menangani antara tiga dan lima kasus keretakan rumah tangga di antara pasangan lanjut usia.
Menurut sebuah studi tahun 2024 oleh firma intelijen daring Meltwater dan agensi kreatif berbasis di AS We Are Social, ada lebih dari 28 juta akun media sosial unik di Malaysia. Itu mencakup sekitar 82 persen dari populasi negara yang berjumlah 34 juta jiwa tersebut.
Studi tersebut menemukan bahwa orang Malaysia menghabiskan rata-rata 2 jam 48 menit di media sosial dalam sehari. Media sosial yang paling banyak diakses adalah TikTok, dengan orang Malaysia yang bisa menghabiskan lebih dari 38 jam sebulan.
Di posisi kedua, adalah YouTube dengan sekitar 35 jam sebulan. Kondisi ini dialami oleh semua kelompok umur.
Hushim mengatakan kecanduan itu sangat parah, banyak pasangan tidak berkomunikasi satu sama lain hampir sepanjang hari. Salah satu pasangan biasanya menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuka ponsel, dan berbicara dengan pasangannya hanya untuk meminta kopi atau makanan.
“Ketika mereka datang untuk konseling, ternyata masalah itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Para istri akan mengeluh bahwa suami mereka tidak peduli bahwa mereka merasa stres secara emosional dan mental,” terang Hushim.
“Sampai pada titik di mana salah satu pasangan tidur di lantai atas dan yang lain tidur di lantai bawah, mereka makan terpisah. Para istri mengatakan tidak ada lagi keintiman, tidak ada pembicaraan yang penuh kasih sayang, dan tidak ada keintiman atau bahkan sentuhan untuk menunjukkan cinta. Jadi apa gunanya pernikahan?” sambungnya.
Menurut data dari departemen statistik, Malaysia mencatat lebih dari 57.800 perceraian pada tahun 2023. Dengan usia rata-rata perceraian adalah 38 tahun untuk pria dan 35 tahun untuk wanita.
Namun, Hushim mengatakan perceraian di antara pasangan lanjut usia bisa jadi sangat sulit diatasi. Sebab, usia mereka yang sudah lanjut dan mereka biasanya tidak memiliki banyak teman selama masa pensiun.
(sao/naf)