Jakarta –
Seorang pria berusia 23 tahun mencoba sebuah tantangan yang tidak biasa, yakni berlari di atas treadmill selama 24 jam tanpa henti.
Pria bernama Joe Pritchard dari Worcester, Inggris, itu berlari sejauh 167 km di atas treadmill sebagai upaya mengumpulkan uang untuk badan amal penyakit neuron motorik. Jarak ini setara dengan berlari sejauh antara London dan Calais di Prancis dalam satu hari.
Pritchard menyelesaikan tantangan di treadmill yang dipasang di sebuah pub lokal. Melalui aksi itu, ia berhasil mengumpulkan uang sekitar 71 juta rupiah.
Selama melakukan tantangan itu, ia hanya menghentikan penghitung waktu saat akan pergi ke toilet. Tetapi, efek dari aksi itu ternyata sangat berdampak pada kesehatannya.
Dikutip dari Daily Mail, Pritchard terlihat lemas dan pucat pasi. Ia digotong ke dalam mobil setelah tantangan 24 jam itu berakhir.
Ia sempat kehilangan kesadaran. Setelah pulih, Pritchard mulai menceritakan apa saja yang ia rasakan selama melakukan tantangan.
Awalnya ia masih merasa baik-baik saja, meski ada sedikit rasa sakit di paha bagian dalamnya.
“Saya tidak bisa meletakkan beban apapun pada kaki saya, dan hampir tidak bisa menggerakkannya,” tuturnya.
Tidak lama setelah itu, kondisi yang lebih serius mulai terjadi. Penglihatan Pritchard mulai kabur dan akhirnya pingsan.
Saat berada di rumah, Pritchard diistirahatkan selama satu jam dan mencoba bangun lagi. Tapi, ia pingsan untuk kedua kalinya.
“Ayah dan saudara laki-laki saya menggendong saya. Saat itu, saya langsung merasa sangat pusing dan sedikit mual,” kata Pritchard.
Selama masa pemulihan, Pritchard sering kali pingsan atau penglihatannya terasa kabur. Setelah menghabiskan empat hari untuk istirahat total, ia masih mengalami cedera lutut tapi tidak terlalu lama.
Dalam sebuah cuplikan video yang merekam lari treadmill selama 24 jam itu, Pritchard terlihat mimisan pada jam ke-11. Pada jam ke-16, ia mulai pucat.
Berkat aksi nekatnya, Pritchard berhasil mengumpulkan uang dan menyumbangkannya untuk penggalangan dana. Meski begitu, banyak yang menyoroti risiko saat terlalu memaksakan diri berolahraga seperti yang dilakukan Pritchard.
Olahraga yang dilakukan secara ekstrem dapat mengakibatkan cedera fisik, karena keausan yang berulang dalam waktu singkat. Hal itu yang akan merusak otot dan persendian.
(sao/kna)