TRIBUNNEWS.COM – Presiden Donald Trump mengungkapkan kemungkinan memberikan pengurangan tarif kepada Tiongkok jika pemerintah Beijing menyetujui kesepakatan terkait aplikasi TikTok.
Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu, 26 Maret 2025.
Pernyataan Trump
Trump menyatakan, “China harus memainkan peran dalam hal itu. Mungkin dalam bentuk persetujuan dan saya pikir mereka akan melakukannya.” Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, di mana Trump sebelumnya telah menandatangani memorandum yang menyerukan tarif perdagangan yang adil dan timbal balik terhadap semua mitra dagang utama AS.
Nasib TikTok di AS telah menjadi topik perdebatan sejak tahun lalu, setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang bipartisan yang memaksa ByteDance, perusahaan induk TikTok asal Tiongkok, untuk menjual aplikasinya kepada pembeli non-Tiongkok atau menghadapi larangan nasional.
TikTok sempat berhenti beroperasi di AS menjelang pelantikan Trump, tetapi kembali berfungsi setelah presiden baru mengisyaratkan akan meninjau kebijakan tersebut.
Batas Waktu dan Calon Pembeli
Pada hari pertamanya menjabat, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberi ByteDance waktu hingga 5 April untuk menjual atau melepaskan kepemilikan TikTok.
Sejak saat itu, Wakil Presiden JD Vance dan penasihat keamanan nasional Michael Waltz telah bekerja untuk mencari pembeli potensial.
Vance menyatakan optimisme bahwa kesepakatan akan tercapai sebelum batas waktu yang ditentukan.
Dalam beberapa bulan terakhir, muncul berbagai spekulasi mengenai calon pembeli TikTok, yang memiliki jutaan pengguna dan diperkirakan bernilai hingga 50 miliar dollar AS.
Beberapa tokoh bisnis, termasuk miliarder Wyoming Reid Rasner, dikabarkan tertarik untuk mengakuisisi TikTok.
Respons ByteDance dan Tiongkok
Hingga saat ini, TikTok belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Trump.
Menurut laporan Yahoo News, ByteDance juga belum mengonfirmasi apakah mereka bersedia menjual aplikasi tersebut.
Kesepakatan ini dapat menjadi titik krusial dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok yang semakin tegang dengan kebijakan tarif baru Trump.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).