Bondowoso (beritajatim.com) – Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan produktivitas sektor pertanian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso menyampaikan berbagai capaian dan program strategis.
Kabupaten Bondowoso yang memiliki 159.299 rumah tangga pertanian dengan 32,49 persen di antaranya berada dalam rentang usia produktif 15–44 tahun, terus memanfaatkan potensi wilayahnya yang meliputi 23 kecamatan.
Menurut Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bondowoso, Haeriyah Yuliati, potensi ini didukung oleh kondisi tanah yang subur, infrastruktur pertanian, serta kemitraan dengan berbagai pihak.
“Alhamdulillah, bumi Bondowoso ini cukup subur sehingga banyak sekali produk pertanian yang melimpah, terutama buah-buahan seperti durian lokal yang tadi sudah dicicipi,” ungkap Haeriyah.
Durian lokal khas Bondowoso dikenal dengan nama “Durian Kasur” karena teksturnya lembut dan bijinya kecil, serta “Durian Plotan” yang memiliki tekstur lengket seperti ketan.
Di sisi lain, pada tahun 2024, luas tanaman padi mencapai 95.508 hektare, meningkat dari 79.054 hektare pada tahun sebelumnya, dengan produktivitas mencapai 6,17 ton per hektare.
Tanaman jagung juga menunjukkan peningkatan dari 26.458 hektare di tahun 2023 menjadi 28.294 hektare pada 2024, dengan produktivitas 5,8 ton per hektare.
Peningkatan ini tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat berupa benih unggul, pompa air, rehabilitasi jaringan irigasi, serta sarana dan prasarana pascapanen.
Haeriyah juga menyampaikan target besar Bondowoso pada tahun 2025, yakni perluasan area tanam padi hingga 130.374 hektare untuk memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat di tengah situasi cuaca yang tidak menentu.
Bondowoso dikenal dengan berbagai produk unggulan pertanian. Salah satunya adalah tape berbahan baku ubi kayu atau singkong yang menjadi ciri khas Desa Lombok Kulon dan Desa Sulek.
“Selain itu, kopi Arabika dari lereng Ijen Raung dan Hyang Argopuro juga telah mendapatkan sertifikasi indikasi geografis, memperkuat branding Bondowoso Republik Kopi,” tuturnya.
Potensi komoditas hortikultura seperti alpukat, mangga, dan durian tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Cermee, Prajekan, Botolinggo, Pujer, Tlogosari, Tamanan, Maesan, Wonosari, dan Sumber Wringin.
“Selain itu, tanaman biofarmaka seperti kunyit dan jahe terus dikembangkan melalui kemitraan dengan PT NSA,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Haeriyah menyoroti pentingnya kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten, TNI, Polri, dan para pemangku kepentingan untuk menjaga ketahanan pangan di Bondowoso.
“Satu indikator keberhasilannya adalah meningkatnya produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani,” tegasnya. (awi/ian)
