JAKARTA – Anggota keluarga sandera Israel yang masih ditahan di Gaza yang mengamuk. Keluarga sandera memarahi Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich atas penolakannya terhadap kesepakatan yang dinegosiasikan di Qatar untuk menghentikan pertempuran dan memulangkan keluarga mereka.
Smotrich menyebut kesepakatan itu sebagai “bencana” bagi keamanan Israel dan mengatakan Israel harus melanjutkan operasi militer di Gaza sampai Hamas, kelompok militan yang menguasai wilayah tersebut sebelum perang, menyerah sepenuhnya.
Dilansir Reuters, Senin, 13 Januari, puluhan anggota keluarga yang disandera, banyak yang membawa foto orang hilang, berdesakan di ruang komite di parlemen Israel tempat diadakannya pertemuan komite keuangan untuk mengkaji anggaran tahun 2025.
Ada yang marah, ada yang menangis dan memohon. Mereka menyerang Smotrich dalam pertemuan emosional yang berlangsung lebih dari satu jam, menuduhnya meninggalkan 98 sandera Israel dan asing yang masih tersisa di Gaza.
“Orang-orang yang diculik ini (harusnya) dapat dikembalikan,” ujar Ofir Angrest, yang saudara laki-lakinya, Matan, disandera selama serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
“Syaratnya sudah matang, sudah waktunya untuk membuat kesepakatan, kata Perdana Menteri. Bagaimana Anda, Menteri Keuangan, menentang kembalinya semua korban penculikan ini?”” katanya.
Smotrich, pemimpin salah satu partai keagamaan nasionalis garis keras dalam koalisi sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, merupakan salah satu penentang paling keras dari kesepakatan yang ia gambarkan sebagai “menyerah” kepada Hamas.
Qatar, yang menjadi perantara perundingan bersama Mesir dan Amerika Serikat, mengatakan pihaknya telah memberikan rancangan perjanjian kepada Israel dan Hamas menyusul “terobosan” semalam.
Yechiel Yehud, yang putrinya Arbel diculik dari Kibbutz Nir Oz dan putranya Dolev terbunuh, mengingatkan Smotrich, dia telah mengunjungi rumah mereka di kibbutz.
“Aku tahu hatimu ada di tempat yang tepat, tapi kamu dituntut untuk berbuat lebih dari itu,” ujarnya.