Liputan6.com, Jakarta Emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.
Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.
Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.
Tren dan Optimisme di Tahun 2025
Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.
Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:
Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS
Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.
Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.
Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.
Banyak analis memprediksi bahwa emas akan mencapai USD 3.000 per ons pada 2025. Namun, kenaikan ini diperkirakan tidak akan terjadi secara cepat.
Lonjakan harga signifikan diprediksi baru akan terjadi pada paruh kedua tahun, ketika dampak kebijakan moneter global dan ketegangan geopolitik semakin jelas.
Di sisi lain, soal prediksi harga emas, meskipun ada tantangan berupa kenaikan suku bunga dan penguatan dolar, daya tarik emas sebagai aset defensif tetap kuat. Investor melihat emas sebagai perlindungan terhadap risiko ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang.