Jakarta –
Jepang mencatat rekor kasus influenza tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1999. Kementerian Kesehatan setempat menghimpun data di 23 hingga 29 November, dalam sepekan dilaporkan 317/812 pasien flu .
Fasilitas kesehatan rata-rata mencatat insiden kasus 64,39. Melonjak dari rata-rata 42,66 pada pekan sebelumnya, kondisi di sejumlah wilayah ditandai dengan level peringatan.
“Fakta bahwa orang-orang memperluas jangkauan pergerakan mereka saat memasuki liburan bisa menjadi faktor penyebabnya,” kata seorang pejabat kementerian.
Prefektur Oita di Jepang barat daya memiliki angka tertinggi, dengan rata-rata 104,84 kasus per klinik, diikuti oleh prefektur lain di wilayah Kyushu. Wilayah metropolitan besar juga terkena dampak, Osaka mencatat rata-rata 67,53 orang per fasilitas dan Tokyo 56,52.
Karena jumlah kasus terus meningkat, pejabat kementerian mendesak masyarakat untuk mengenakan masker dan mencuci tangan secara menyeluruh demi mencegah infeksi.
“Kami mencatat rekor tertinggi pada tahun 2019 (di Tokyo), tetapi saat ini kami hampir mencapai angka tersebut,” kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike pada hari Jumat.
“Jika Anda merasa sakit, harap jaga kesehatan sendiri dan pertimbangkan risiko infeksi bagi orang-orang di sekitar, kami meminta semua orang mempertimbangkan faktor-faktor ini dan membuat keputusan yang cermat ketika, misalnya, berpartisipasi dalam suatu acara.”
Sekolah Ditutup Sementara
Hal ini mengakibatkan pembatalan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan lembaga lain di seluruh negeri, dengan kelas dibatalkan atau ditutup total di 1.838 sekolah, pusat penitipan anak, dan taman kanak-kanak, termasuk 1.200 sekolah dasar, 391 sekolah menengah pertama, dan 135 sekolah menengah atas.
Hal ini terjadi pada saat siswa mendekati ujian masuk sekolah, membuat banyak orang ekstra hati-hati untuk menghindari flu.
Dari September hingga Desember, 11.800 pasien telah dirawat di rumah sakit karena flu, dengan mayoritas adalah pasien berusia di atas 60 tahun.
Sementara flu terus mengamuk di seluruh negeri, Menteri Kesehatan Takamaro Fukuoka memperingatkan klinik dan apotek pada hari Jumat agar tidak memesan obat flu secara berlebihan, karena beberapa perusahaan farmasi telah menangguhkan pengiriman produk mereka di tengah lonjakan permintaan yang tiba-tiba.
“Kami dapat menangani situasi ini dengan penggunaan dan pemesanan produk yang tepat,” kata Fukuoka, seraya mencatat bahwa ada stok obat flu untuk sekitar 15 juta pasien.
Sawai Pharmaceutical mengumumkan pada Rabu bahwa mereka telah menangguhkan pengiriman beberapa obat flu hingga akhir bulan, paling cepat, mengingat meningkatnya permintaan, yang telah “terus jauh melampaui apa yang kami harapkan.”
“Saat ini kami tidak dapat memenuhi produksi dan mengalami kesulitan dalam memasok produk,” bunyi pernyataan tersebut. “Kami dengan tulus meminta maaf atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh ketidakmampuan kami untuk memastikan pasokan produk yang stabil, yang merupakan salah satu misi penting kami sebagai perusahaan farmasi.”
Jumlah kasus COVID-19 juga meningkat, meskipun tidak setinggi jumlah pasien flu. Dalam periode yang sama, terdapat rata-rata 7,01 pasien COVID-19 per klinik, yang meningkat dari minggu sebelumnya (5,48) dan lebih tinggi dari waktu yang sama tahun sebelumnya.
(naf/naf)