Jakarta –
Juara dunia musim lalu, Jorge Martin mengungkap ‘sisi gelap’ MotoGP. Dia mengatakan, gaji besar yang diterima setiap tahun, membuat pebalap dibutakan dunia. Bahkan, dia merupakan salah satu korbannya!
Saat hadir sebagai tamu di siniar Youtube Tengo un Plan, Martin bicara mengenai uang dan kehidupan pribadi sebagai pebalap. Menurutnya, beberapa rider sudah menerima upah besar saat masih berjuang di kompetisi junior.
“Pada dasarnya di Moto3, saya sudah menghasilkan uang. Segera setelah naik ke Kejuaraan Dunia, dengan Aspar, saya sudah memiliki kontrak, saya tidak ingat tapi mungkin sekitar 30 atau 40 ribu euro (sekira Rp505-674 juta) semusim,” ujar Martin, dikutip Selasa (24/12).
“Ditambah beberapa sponsor, di usia 17 tahun, saya sudah mendapat upah sekitar 70 ribu euro (Rp 1,1 miliar) semusim. Lalu, ada pembalap Moto3 yang bisa mendapatkan 150 ribu euro (Rp 2,5 miliar) atau lebih,” tambahnya.
Jorge Martin Foto: (Jorge Martin/Instagram)
Menurutnya, ketika masih junior, pebalap tak terlalu memikirkan upah, melainkan karier dan pengembangan diri. Namun, di level berikutnya, pebalap mulai menjadikan uang sebagai fokus utama.
Ketika naik ke Moto2, pebalap bisa menerima upah 300 ribu euro atau Rp 5 miliaran semusim. Bahkan, ada beberapa nama yang menghasilkan lebih banyak uang. Sementara di level MotoGP, ada yang sampai menerima 12 juta euro atau Rp 200 miliaran semusim!
“(Di Moto2) mungkin mereka mendapatkan 300 ribu euro atau lebih, Anda bisa menabung dan melakukan hal-hal yang bisa menambah pemasukan. Di MotoGP, Anda bisa mendapatkan 600 ribu euro hingga 12 juta euro per tahun yang selama ini didapat pebalap,” ungkapnya.
Kondisi tersebut, kata Martin, membuat pebalap MotoGP gelap mata. Bahkan, dia salah satu korbannya. Setelah memegang banyak uang di usia muda, dia mulai senang berpesta dan mampir dari satu diskotek ke diskotek lain.
“Saya mulai berpesta. Sebelumnya, saya tidak pernah keluar rumah, tapi saya mulai pergi ke Barcelona untuk berpesta,” tuturnya.
“Saya ingat setelah balapan, saya pergi ke Barcelona untuk berpesta. Saya kemudian berlatih di Andorra dan pada akhir pekan saya balik lagi ke Barcelona untuk berpesta. Balapan lagi, pesta lagi dan seterusnya,” lanjutnya.
Jorge Martin Foto: (Jorge Martin/Instagram)
Eks Pebalap Pramac Racing itu kemudian berkisah, suatu hari dia ‘gila-gilaan’ di suatu diskotek. Kemudian setelah puas berpesta, petugas di lokasi memberikan struk tagihan dengan nominal yang di luar nalar. Dia harus merogoh kocek dalam-dalam untuk kesenangan sesaat tersebut.
“Itu bukan saya. Saya kembali ke akar saya dan saya pikir saya tidak bisa begitu terus. Saat itulah saya memutuskan berhenti. Beberapa bulan kemudian saya bertemu Maria, pacar saya, dan dia membuat saya lebih tenang,” kata Martin.
[Gambas:Youtube]
(sfn/dry)