Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ada 467.000 File Berbahaya per Hari, Mayoritas Sasar Windows

Ada 467.000 File Berbahaya per Hari, Mayoritas Sasar Windows

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky menemukan sekitar 467.000 file berbahaya per hari pada tahun 2024. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 14% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 411.000 file.

Dalam laporan Kaspersky Security Bulletin (KSB), pada periode Januari hingga Oktober 2024, Windows menjadi target utama serangan siber, mencakup 93% dari semua data berisi malware yang terdeteksi setiap harinya.

Kelompok berbahaya yang disebarkan melalui berbagai skrip dan format dokumen MS Office yang berbeda berada di antara tiga ancaman teratas, mencakup 6% dari semua file berbahaya yang terdeteksi setiap hari.

Kaspersky juga menemukan adanya peningkatan signifikan dalam malware Windows sebesar 19% dari tahun 2023 hingga 2024. Jenis malware yang paling tersebar luas adalah Trojan dengan lonjakan sebesar 33% dari tahun 2023 hingga 2024.

Kemudian, terdapat peningkatan 2,5 kali lipat atau sekitar 150% dalam penggunaan Trojan-dropper. Adapun jenis program ini dirancang untuk mengirimkan malware lain ke komputer atau ponsel korban tanpa disadari korban.

Kepala Riset Anti-Malware di Kaspersky Vladimir Kuskov menyebutkan bertambahnya ancaman baru setiap tahun dikarenakan para pelaku terus mengembangkan malware, teknik, dan metode baru untuk menyerang pengguna dan organisasi. 

Salah satunya, Kuskov melihat pada tahun ini terdapat tren berbahaya yang diamati, seperti serangan terhadap hubungan tepercaya dan rantai pasokan, termasuk yang ada pada open-source.

Selain itu, terdapat juga phishing besar-besaran dan kampanye berbahaya yang menargetkan pengguna media sosial dan peningkatan malware perbankan.

“Dalam lanskap ancaman siber yang terus berkembang ini, penggunaan solusi keamanan yang andal sangat penting. Pakar Kaspersky selalu berdedikasi untuk melawan ancaman siber baru dan menantang, memastikan pengalaman daring yang aman bagi pengguna serta keamanan siber yang kuat dan intelijen ancaman terbaru bagi organisasi,” ujar Kuskov dalam keteranganya, Rabu (11/12/2024).