Jakarta, CNBC Indonesia – Petaka baru mengintai Bumi gara-gara perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI). Penelitian yang dipimpin Peng Wang dari Akademi Ilmu Pengetahuan China dan melibatkan beberapa ilmuwan di Israel mengungkap pada 2030 mendatang AI dapat menghasilkan jutaan ton limbah elektronik (e-waste).
Jika tidak segera diatasi, para peneliti memperkirakan 1,2 juta hingga 5 juta metrik ton e-waste dari AI akan menumpuk di akhir dekade ini.
Sebagai perbandingan, e-waste AI tersebut setara dengan membuang antara 2,1 miliar hingga 13 miliar unit iPhone 15 Pro. Analogi lainnya, sebanding dengan 11.000 unit pesawat Boeing 747 yang terisi penuh.
Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Computational Science ini menekankan bahwa lonjakan limbah elektronik dapat memperburuk krisis sampah beracun secara global, termasuk 1,5 juta ton papan sirkuit cetak dan 0,5 juta ton baterai berbahaya.
Peningkatan limbah elektronik disebabkan oleh pesatnya perluasan aplikasi AI dan pusat data, yang menuntut peningkatan komputasi perangkat keras berkinerja tinggi secara berkala.
Model AI generatif, seperti yang digunakan dalam aplikasi ChatGPT, disebut sangat boros sumber daya, memerlukan server, prosesor, dan solusi penyimpanan yang kuat agar dapat beroperasi secara efektif.
Ketergantungan pada peningkatan dalam infrastruktur perangkat keras dan teknologi chip ini membuat siklus hidup pendek untuk prosesor dan peralatan penyimpanan lainnya, hingga menyebabkan lonjakan barang elektronik yang dibuang.
Perusahaan teknologi menghabiskan banyak biaya untuk membangun dan meningkatkan pusat data guna mendukung proyek AI generatif dan menyediakan chip komputer canggih untuk mereka.
Sebagian besar limbah elektronik akan terkumpul di negara seperti Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur, tempat sebagian besar pusat data terkonsentrasi.
Limbah elektronik mencakup perangkat elektronik yang dibuang seperti komputer, HP, pengisi daya, kabel, dan sistem server besar, yang didefinisikan sebagai produk dengan baterai atau colokan.
Produk-produk tersebut merupakan aliran limbah yang tumbuh paling cepat di Bumi dan dengan cepat melampaui kapasitas fasilitas daur ulang.
Sebagian besar limbah elektronik tidak didaur ulang, sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah atau diekspor ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Para peneliti menawarkan solusi untuk mengurangi limbah elektronik yang disebabkan oleh AI.
Mereka menawarkan praktik tertentu, termasuk strategi ekonomi sirkular yang dapat mengurangi limbah elektronik terkait AI hingga 86%. Dengan memperpanjang umur infrastruktur komputer yang ada, menggunakan kembali komponen, dan mendaur ulang bahan berharga seperti tembaga dan emas, produksi limbah elektronik dapat dikurangi secara signifikan.
Para penulis menyarankan bahwa menerapkan strategi ekonomi sirkular dapat mencegah produksi lebih dari 3 juta ton limbah. Tentu saja dalam mewujudkan solusi ini perlu ada kerja sama strategis antara pemangku kebijakan, pakar dan akademisi, serta pelaku industri.
(fab/fab)