Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Tradisi ‘Nyekar’ Makam Sesepuh di Sumenep, Berkah Bagi Penjual Kembang

Tradisi ‘Nyekar’ Makam Sesepuh di Sumenep, Berkah Bagi Penjual Kembang

Sumenep (beritajatim.com) – Lebaran di Sumenep, Madura, tidak bisa dilepaskan dari tradisi ‘nyekar’ ke makam sesepuh. Mulai orang tua, nenek, hingga ulama atau orang yang dituakan dan disegani.

Turun dari masjid selepas sholat Idul Fitri, warga Sumenep akan berbondong-bondong ke makam untuk ‘nyekar’.

“Saya jauh-jauh datang dari Kalimantan. Setelah sungkem ke ibuk saya, saya langsung ke makam ayah. Saya sudah 5 tahun tidak pulang ke Sumenep saat lebaran,” kata salah satu pemudik asal Kota Sumenep, Dwi, Rabu (10/04/2024).

Baginya, tradisi ‘nyekar’ nyaris menjadi wajib. Karena saat itulah dirinya bisa langsung berdoa di depan makam ayahnya. “Biasanya saya sambil ngajak ngomong ayah, menyapa ayah. Karena saya yakin, ayah mendengar saya. Saya selalu berdoa, semoga ayah memaafkan semua kesalahan ayah, semoga ayah bahagia disana,” ucapnya.

Ramainya pemudik yang ‘nyekar’ ke makam juga menjadi berkah tersendiri bagi para penjual kembang di pintu makam. Setiap orang yang akan nyekar, pasti akan membeli bunga untuk ditabur di makam.

Salah satu penjual bunga makam, Misniyeh mengaku bersyukur dengan ramainya peziarah, karena bunga yang dijualnya laris manis.

“Alhamdulillah, mulai turun masjid tadi, pembeli bunga ramai. Disini memang jadi tradisi, nyekar ke orang tuanya, ke mbahnya,” ujarnya.

Penjual bunga makam laris manis

Ia mengaku sudah 5 tahun ini berjualan kembang untuk makam setiap Idul Fitri. Tahun ini menurutnya lebih ramai dibanding tahun lalu.

“Ini saya bawa kembang 2 karung sudah habis. 1 karung isinya 150 bungkus. Per bungkus saya jual Rp 5.000. Alhamdulillah ini laris manis,” ucapnya. (tem/ted)