Jember (beritajatim.com) – PDI Perjuangan Kabupaten Jember, Jawa Timur, menilai pemilihan kepala daerah bukan hanya urusan menang dan kalah. Ada nilai-nilai ideologis yang harus diperjuangkan.
“PDI Perjuangan sering mengambil keputusan politik yang tidak didasarkan pada soal menang-kalah. Misalnya ada calon yang potensinya kuat. Tapi dia terafiliasi dengan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) misalnya, sudah pasti kami tidak akan dukung,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDIP Jember yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Arif Wibowo, Rabu (17/4/2024).
Arif menegaskan, PDI Perjuangan tidak akan terperosok dalam jebakan pragmatisme. “Meskipun kami juga punya alat ukur seperti survei soal elektabilitas dan popularitas,” katanya.
“Kami partai ideologis. Bahwa kami mencari kemenangan, iya. Tapi kalau kemudian semua calonnya berpotensi secara ideologis bertentangan dengan PDI Perjuangan, sudah pasti kami tidak akan usung. Itu sudah jelas prinsipil,” kata Arif.
“Tidak mungkin misalnya PDI Perjuangan mencalonkan bupati yang antipancasila, anti-NKRI. Kan bertentangan dengan ideologi partai dan negara. Tugas PDI Perjuangan adalah menjaga ideologi negara. Menjaga konstitusi. Maka itu, ketika ada usulan perpanjangan masa jabatan presiden, pasti kami tolak karena menabrak konstitusi,” kata Arif.
“Kami adalah partai yang mendasarkan diri pada prinsip-prinsip ideologi. Oleh karenanya, seluruh kebijakan dan program yang dijalankan oleh partai maupun di pemerintahan atau di ranah politik lain, acuannya adalah ideologi. Termasuk dalam hal yang bersifat ideologis itu adalah manfaat dan maslahat bagi rakyat Jember,” kata Arif.
Arif menyadari bahwa dalam pertarungan politik, kemenangan adalah target. Selama mengikuti pilkada langsung pada 2005 hingga 2019, PDI Perjuangan hanya sekali kalah dalam mengusung calon yakni pada pemilihan daerah pada 2020, saat mengusung Abdus Salam sebagai calon bupati.
“Kami sudah tahu Salam pasti kalah. Tapi ada sesuatu yang mau kami jaga dan pertahankan sehingga kenapa kami mengusung Salam. Jadi bukan soal orangnya lagi, tapi soal prinsip-prinsip kepartaian kami. Kadang kala sejak awal kami sudah memprediksi bahwa kami tidak mungkin menang. Tapi jauh lebih penting adalah menjaga hal prinsip ketimbang satu kemenangan,” kata Arif. [wir]