Mojokerto (beritajatim.com) – Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto, Moh Ali Kuncoro mengajak seluruh masyarakat mengurangi sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui berbagai upaya sederhana. Seperti memisahkan sampah sesuai jenisnya, mengelola sampah organik dan anorganik, serta melakukan reduce, reuse, dan recycle.
Hal tersebut disampaikan jelang peringatan Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April. Hari Bumi dinilai menjadi pengingat untuk terus meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap bumi sebagai tempat tinggal kita, salah satunya dengan mengurangi sampah. Pasalnya, sektor limbah dan sampah merupakan salah satu sumber penghasil gas rumah kaca.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim. Menurut World Health Organization (WHO), dunia menghasilkan sampah sekitar 2 miliar ton per tahun. Sebagian besar dari jumlah tersebut tidak didaur ulang yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan.
Tidak hanya itu, timbunan sampah padat yang tidak didaur ulang juga menyebabkan emisi karbon yang besar. Pada tahun 2050, jumlah sampah secara global diperkirakan akan meningkat mencapai 3,4 miliar ton. Sampah sebanyak itu akan menghasilkan gas rumah kaca berbahaya yang berkontribusi pada perubahan iklim.
“Kita punya bank sampah, serta program budidaya maggot. Mari kita optimalkan itu sebagai upaya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA. Guna optimalisasi Bank Sampah, Pemkot Mojokerto juga mensinergikan dengan program Bapak Samerto (Bayar Pajak Pakai Sampah di Kota Mojokerto),” ungkapnya, Minggu (21/4/2024).
Program Bapak Samerto yang kini telah ditransformasikan berbasis digital dengan inovasi Bajak Sambal Terasi (Bayar Pajak pakai Sampah Langsung Terintegrasi). Selain bank sampah, upaya pengurangan timbunan sampah juga dilakukan dengan menerapkan budidaya maggot. Inovasi ini cukup efektif untuk menekan produksi sampah jenis organik di skala rumah tangga.
Dimana sampah basah dapat digunakan untuk pakannya maggot. Seperti nasi sisa kemarin, sayur sisa kemarin, kulit buah-buahan, dan lain sebagainya. Maggot ini juga bisa menghasilkan uang karena bernilai ekonomi. Maggot bisa digunakan untuk pakan ikan dan unggas menggantikan pelet yang merupakan produksi pabrikan.
Dengan adanya maggot yang dibudidaya sebagai pakan ikan seperti lele, biaya produksi juga dapat menurun. Sehingga keuntungan menjual lele yang telah dibudidaya akan lebih besar, karena biaya membeli pakan menurun namun harga jualnya tetap.
“Skema untuk mengurangi sampah sudah kita buat sedemian rupa, jika kesadaran masyarkat akan kebersihan dan pengelolaan sampah sudah baik, tentu nantinya volume sampah akan bisa berkurang dengan sendirinya,” tegasnya. [tin/suf]