Lebih lanjut, dia menyerukan Netanyahu untuk terus bertempur melawan Hizbullah hingga mendapatkan “kemenangan mutlak”.
Sentimen serupa juga dimiliki oleh para pemimpin politik sayap kanan lainnya di Israel terkait perang melawan Hamas di Jalur Gaza yang berkecamuk sejak Oktober tahun lalu.
Peringatan Ben Gvir itu disampaikan ketika laporan media lokal Israel pada Senin (25/11) menyebut Netanyahu kemungkinan akan menyetujui proposal gencatan senjata dengan Hizbullah, yang diajukan AS, meskipun ada keberatan dari menteri-menterinya.
Ada juga kekhawatiran atas diskusi mengenai keterlibatan Prancis dalam kemungkinan penegakan gencatan senjata di Lebanon nantinya. Paris diketahui mendukung upaya-upaya Washington untuk mewujudkan gencatan senjata di Lebanon.
Laporan situs berita AS, Axios, yang mengutip seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya, seperti dilansir Reuters menyebutkan bahwa Israel dan Lebanon telah menyetujui persyaratan untuk kesepakatan gencatan senjata.
Secara terpisah, seorang pejabat senior Israel menuturkan kepada Reuters bahwa kabinet Israel akan menggelar rapat pada Selasa (26/11) waktu setempat untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah. Kantor Netanyahu menolak untuk mengomentari laporan tersebut.
Bou Saab menyebut proposal AS itu akan mengatur penarikan pasukan militer Israel dari wilayah Lebanon bagian selatan dan penempatan pasukan reguler Lebanon di wilayah perbatasan, yang merupakan markas Hizbullah, dalam waktu 60 hari.
Dia mengatakan masalah mengenai siapa yang akan memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata telah diselesaikan dalam 24 jam terakhir, dengan kesepakatan untuk membentuk komite lima negara, yang mencakup Prancis dan diketuai AS.
(nvc/ita)