Prabowo bukan presiden pertama yang bermimpi membangun merek mobil nasional. Presiden Sukarno mendirikan PT Industri Mobil Indonesia pada 1962, tetapi rencana produksi terhenti karena kerusuhan politik pada 1965.
Di era Suharto, upaya serupa dilakukan dengan memberikan insentif pajak untuk mobil produksi lokal. Namun, merek-merek yang menikmati insentif ini ternyata hanya versi rebranding dari model asing.
Setelah Suharto turun pada 1998, beberapa upaya lain dilakukan, tetapi sebagian besar berhenti di tahap prototipe.
Saat ini, hanya ada empat Maung Garuda yang digunakan secara resmi: dua oleh Presiden Prabowo dan dua oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Mobil ini dilengkapi bodi antipeluru, ban antirusak, dan berbagai fasilitas mewah seperti televisi layar datar. Biaya produksinya diperkirakan mencapai Rp 1,2 miliar per unit.
Pindad telah menerima pesanan 10.000 unit dari pemerintah dan 4.600 unit dari Kementerian Pertahanan. Dengan kapasitas produksi saat ini, pesanan tersebut akan memakan waktu dua tahun untuk diselesaikan.
“Presiden Prabowo telah menunjukkan komitmennya pada industri lokal dengan memberikan peluang ini kepada Pindad,” kata Direktur Utama Pindad, Abraham Mose.
Untuk bisa bersaing di pasar umum, Pindad perlu meningkatkan kapasitas produksi dan terus memperbaiki produknya berdasarkan masukan pengguna.
“Dengan perbaikan dan konsistensi, Pindad bisa siap memasuki pasar publik,” kata Dr. Tauhid. Namun, pemerintah harus terus mendukung agar upaya ini tidak berhenti di tengah jalan.