Lamongan (beritajatim.com) – Angka stunting tahun 2023 di Lamongan turun drastis menjadi 9,4. Hal itu berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI).
Padahal, di tahun 2022 lalu angka stunting di Lamongan 27,05. Lalu bagaimana Pemerintah Kabupaten Lamongan mengatasi kasus tersebut.
Dalam hal ini, Bupati Lamongan Yuhronur mengungkapkan bahwa Pemkab Lamongan telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting yang masuk kategori tinggi di tahun 2022 sebelumnya. Tak hanya melalui penindakan atau pengobatan, tapi juga pencegahan.
“Kasus stunting Lamongan memang pada tahun 2022 berada pada kategori tinggi, namun terus kita upayakan untuk menekan kasus stunting dengan berbagai upaya. Upaya tidak hanya sebatas pengobatan melainkan kita gencarkan mulai pencegahan stunting,” tutur Bupati Yuhronur, Jumat (26/4/2024).
Tak hanya itu, Yuhronur menegaskan bahwa angka stunting di Lamongan mampu ditekan hingga berhasil mencapai target dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yakni 12,3 persen pada tahun 2024.
Pihaknya mengaku, penurunan kasus stunting itu hasil dari ragam upaya yang telah dilakukan. Mengingat, upaya penurunan stunting di Lamongan dilakukan secara bertahap. Tidak hanya fokus pada penanganan penderita, melainkan ada edukasi pada orang tua hingga remaja.
Upaya penurunan itu, sambung Yuhronur, juga dilakukan dengan kolaborasi bersama para pihak, melalui beberapa program inovasi, diantaranya program 1-10-100 (bekerja sama dengan PKK). Program ini digagas untuk menangani balita stunting dengan memberikan bantuan makanan bergizi yang melibatkan swadaya masyarakat dan CSR.
“Program 1-10-100 yakni di mana 1 paket di berikan kepada 10 anak dan selama 100 hari,” ungkapnya.
Adapun program pendukung lain untuk menekan stunting adalah inovasi MONALISA BERDANSA (Mobil Pelayanan Keliling Desa Bersama Bidan Desa), Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH), Gerakan Bersama Cegah Ibu Hamil Anemia, TILIK INSERT BUMIL (Tingal Klik Informasi Seputar Kesehatan Ibu Hamil).
Kemudian RANSEL SI DORA (Gerakan Selamatkan Ibu Hamil dengan Siaga Donor Darah), RESA BERSAMA DASHAT (Remaja Sehat Bersama Dapur Sehat Atasi Stunting), FORIKAN (Forum Gemar Makan Ikan), Audit Kasus Stunting tingkat Kecamatan, Pemberian Sertifikat untu Ibu Menyusui, Skrining (Pendataan Keluarga Beresiko stunting), dan lainnya.
“Selain bertahap, penanganan kasus stunting di Lamongan juga dilakukan bersama lintas sektor. Sehingga seluruh program inovasi direalisasikan bekerjasama dengan lintas OPD, Pemdes, PKK, masyarakat dan lainnya. Tujuannya ialah mengakselerasi penurunan kasus stunting,” paparnya.
Lebih lanjut, Yuhronur menjelaskan bahwa penurunan persentase stunting di Lamongan ini juga dapat dilihat dari angka Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) tahun 2023, yang menunjukkan stunting di Lamongan turun.
“Pada Februari 2022 angkanya menempati 6,80 persen, untuk Agustus 2022 menempati angka 5,70 persen, dan pada Februari tahun 2023 menempati angka 4,80 persen, lalu pada Agustus 2023 menempati angka 4,01 persen,” pungkasnya.[riq/ted]