Ketika tiba di sana, Ouchi masih bisa berbicara. Matanya mengalami merah dan wajahnya sedikit membengkak, tapi tidak memiliki luka lepuh. Kondisi Ouchi semakin memburuk namun dokter tidak tahu bagaimana cara menyelamatkannya.
Seiring berjalannya waktu, ia mengalami kerusakan parah pada organ-organ dalamnya dan jumlah sel darah putihnya hampir nol.
Bentuk pengobatan baru berupa transplantasi sel punca perifer sempat dilakukan. Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk memulihkan sistem kekebalannya yang hancur.
Sel-sel dari sumsum tulang belakang saudara perempuannya diberikan. Meskipun awalnya sempat ada harapan, radiasi di tubuh Ouchi akhirnya menghancurkan sel-sel punca yang dimasukkan.
Untuk menjaga Ouchi tetap hidup, dokter memompa sejumlah darah dan cairan ke dalam tubuhnya setiap hari. Namun, kondisinya terus memburuk. Kulitnya bahkan mulai ‘meleleh’ dan darah keluar dari matanya.
Tes menunjukkan paparan radiasi telah menghancurkan kromosom atau DNA yang biasanya memungkinkan kulit untuk beregenerasi. Ia pun menjadi satu-satunya manusia yang hidup tanpa DNA.
Akibatnya epidermis atau lapisan luar yang melindungi tubuh secara bertahap menghilang. Rasa sakit yang dialaminya pun menjadi intens.
Dia mulai mengalami masalah pernapasan juga. Dua minggu setelah kecelakaan itu, dia tidak lagi bisa makan, dan harus diberi makan lewat infus. Lalu dua bulan setelah cobaan beratnya, jantungnya berhenti, meski dokter mampu menghidupkannya kembali.
Pada akhir November ia sempat mengalami gagal jantung selama lebih dari satu jam, sampai akhirnya ia meninggal pada Desember 1999.
Seminggu setelah kematian Ouchi, kondisi Shinohara sempat membaik, bahkan ia sudah bisa menghirup udara segar untuk pertama kalinya sejak berbulan-bulan dirawat. Namun, pada Februari Shinohara mengalami masalah pernapasan parah hingga dipasangi respirator.
Menurut dokter, tubuh Shinohara rusak akibat radiasi. Namun hebatnya Shinohara berhasil bertahan hidup selama kurang lebih 83 hari sebelum akhirnya meninggal karena gagal organ.
Sedangkan Yokogawa yang mendapatkan radiasi 3 sievert diperbolehkan pulang setelah tiga bulan dirawat. Ia ditangkap karena gagal mengawasi prosedur tepat.
(avk/kna)