Jakarta, Beritasatu.com – Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) mendukung penuh langkah pemerintah Prabowo-Gibran melakukan upaya-upaya pencegahan stunting. PKN berharap pemerintah Prabowo-Gibran melibatkan berbagai stakeholder dalam menangani masalah stunting.
“Stunting adalah masalah multidimensi yang mencakup aspek kesehatan, ekonomi, pendidikan, hingga sosial budaya. Upaya percepatan penurunan dan pencegahan stunting tidak bisa dilakukan hanya oleh satu sektor saja. PKN menilai persoalan pencegahan stunting secara substansial tidak hanya menyangkut soal pelayanan kesehatan yang harus diberikan kepada masyarakat,” ujar Ketua Bidang Kesehatan PKN Anjar Setya Widarti dalam diskusi soal Stunting di kantor Pimnas PKN, Menteng, Jakarta.
Menurut Anjar, persoalan pencegahan stunting juga meliputi persoalan filosofis, ideologis dan mengandung dimensi-dimensi sosial-politik yang melibatkan pemangku kepentingan dan seluruh sektor yang ada. Menurutnya, pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, serta lembaga internasional harus bekerja sama untuk intervensi yang komprehensif dan berkelanjutan.
“Perubahan perilaku bukanlah hal yang mudah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gizi bagi ibu hamil dan anak perlu terus ditingkatkan melalui edukasi yang berkelanjutan,” tandasnya.
Selain itu, kata dia, pola makan dan kebiasaan pemberian makanan kepada anak seringkali dipengaruhi oleh budaya lokal. Dia mencontohkan ada budaya yang melarang konsumsi makanan tertentu yang sebenarnya mengandung protein hewani dan zat gizi mikro yang bermanfaat bagi ibu hamil dan balita.
“Melalui pendekatan budaya yang tepat, kita dapat memperkenalkan perubahan pola makan yang tetap menghormati budaya lokal namun tetap mendukung kesehatan ibu dan anak. Keterlibatan aktif masyarakat menjadi faktor kunci dalam suksesnya program ini,” tutur dr. Anjar.
Pada kesempatan itu, pemerhati kesehatan ibu dan anak untuk Generasi Emas 2045, Lucy Widasari mengatakan pihaknya berharap pemerintahan Prabowo-Gibran dapat memprioritaskan pencegahan stunting.
“Pencegahan stunting akan menjadi agenda penting untuk diprioritaskan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,” kata dr. Lucy.
Dia menyebutkan siklus pencegahan stunting harus dimulai sejak usia remaja, sejak menjadi calon pengantin, dan sejak sebelum terjadi pembuahan (pra-konsepsi), yang kemudian dilanjutkan pada masa kehamilan dan menyusui hingga anak berusia dua tahun.
Menurut dia, percepatan penurunan stunting dapat terjadi jika jumlah stunting baru tahun berjalan lebih kecil dari jumlah anak stunting pada usia 48-59 bulan. Untuk itu, deteksi dini perlambatan pertumbuhan (growth faltering) adalah kunci sukses mencegah lahirnya stunting baru dan wasting.
“Fokus sasaran ditujukan pada kelompok 1000 HPK yaitu periode paling kritis dalam menentukan kualitas tumbuh kembang anak,” tandas Lucy.