Jakarta –
Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengungkapkan ada sebanyak 1.836 anak sampai dengan usia 17 tahun di Jakarta terlibat judi online (judol). Anggota DPRD Komisi E, Jhonny Simanjuntak meminta sekolah dan orangtua saling berdiskusi untuk menangani dan melakukan pencegahan agar anak tak terlibat judi online.
Mulanya Jhonny mengatakan judi online merupakan penyakit sosial. Bahkan kini mereka yang terlibat judi online dari berbagai macam usia, sehingga negara perlu benar-benar tegas untuk melakukan penindakan.
“Ini kan masalah penyakit sosial. Penyakit sosial ini kan sudah melibatkan seluruh segmen masyarakat, termasuk juga dari tingkat usia. Menghadapi persoalan seperti ini kan pendekatan yang komperhensif harus dilakukan. Pertama dulu dari negara, pemerintah, memang betul-betul harus semacam ada political will untuk melakukan penegakkan hukum yang tegas,” ujarnya.
Jhonny menuturkan selain negara, perlu juga kerjasama dari seluruh stakeholder termasuk sekolah dan orangtua. Menurutnya, sekolah harus proaktif berdiskusi dengan orang tua membahas pencegahan dan penanganan judi online terhadap anak-anak.
“Nah sesudah itu dilakukan, memang harus melibatkan seluruh stake holder negara kita ini, atau Jakarta ini. Oleh karena itu, sosialisasi yang dekat ke setiap orang itu harus dibangun, baik melalui lembaga-lembaga keagamaan. Khususnya di pendidikan, nah di pendidikan memang itu udah harus mulai ditekankan kepada anak-anak bekerjasama dengan orangtua,” jelasnya.
“Sekolah harus proaktif khusus memanggil orangtua membicarakan masalah ini. Karena memang bagaimanapun sekolah kan hanya bisa di sekolah memantau anak-anak. Dasar-dasar karakter di sekolah itu sudah harus dibangun sedemikian rupa,” lanjutnya.
“Harus kerjasama, makanya seperti yang saya katakan tadi, ada pertemuan-pertemuan periodik, khusus membicarakan hal-hal yang bersifat tematik lah. Tema apa yang kita bahas. Katakanlah judol ini menjadi sebuah fenomena yang begitu mengharu birukan kita, ini diajak orangtua bicara, ini loh keadaan sekarang. Sekolah kami hanya punya kemampuan seperti ini, kami di sekolah hanya bisa membangun bagaimana karakter menjadi orang-rang yang betul-betul baik dan sebagainya dan sebagainya,” ucapnya.
“Oleh karena itu sekolah harus punya perhatian lebih lah ya. Pembicaraan kita tentang pendidikan jangan hanya berbicara dari aspek akademik tok, tapi pembangunan karakter itu penting. Oleh karena itu, sosialisasi itu udah harus seluruh, dari mulai upacara bendera, pada saat pendidikan agama, pada saat misalnya, sekolah-sekolah kita harus ada lah kata-kata yang bisa membangun itu untuk membuat anak-anak waspada terhadap judol itu,” imbuhnya
Transaksi Judo 1.836 Anak Mencapai Rp 2,29 Miliar
“Pada tahun 2024 ini paling tidak berdasarkan PPATK, ada sekitar 1.836 anak usia sampai dengan 17 tahun yang terlibat di DKI Jakarta, dengan nilai transaksi kurang lebih Rp 2,29 miliar,” kata Teguh saat melakukan kunjungan ke SMA 92 Jakarta Utara bersama Menteri Komunikasi dan Digital RI Meutya Hafid, Selasa (12/11/2024).
Teguh mengimbau seluruh jajarannya waspada. Dia meminta sosialisasi mengenai dampak negatif judi online digencarkan.
“Saya sudah tekankan kepada jajaran baik OPD khususnya tingkat pendidikan, dan dinas kominfotik untuk mewaspadai itu dan terus melakukan sosialisasi,” katanya.
Dia menegaskan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta akan mendukung program pemerintah pusat terkait literasi digital sebagai upaya mengatasi judi online. Salah satunya, acara literasi digital yang digelar bersama Kementerian Komunikasi dan Digital.
“Kami siap untuk mendukung program-program strategis dari pemerintah pusat, termasuk juga program yang terkait dengan literasi digital. Kita berharap dari acara ini betul-betul bisa menyadarkan kita,” ujarnya.
(dek/dnu)