Jakarta –
Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi 1 dari 6 orang di dunia mengalami infertilitas atau kemandulan. Data ini didapatkan setelah menganalisis riset terkait infertilitas dari tahun 1990 hingga 2021.
“Dalam analisis kami, prevalensi infertilitas seumur hidup secara global adalah 17,5%, yang berarti 1 dari 6 orang mengalaminya seumur hidup mereka,” kata Dr Gitau Mburu, seorang ilmuwan penelitian fertilitas di WHO.
WHO mengatakan kemandulan bisa terjadi pada pria dan wanita. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena bisa memicu masalah psikologis bagi pengidapnya.
Kemandulan dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang berbeda, baik pada sistem reproduksi pria maupun wanita. Namun, terkadang penyebab kemandulan tidak dapat dijelaskan.
Pada sistem reproduksi wanita, infertilitas dapat disebabkan oleh:
gangguan tuba seperti tuba fallopi yang tersumbat, yang disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati atau komplikasi dari aborsi yang tidak aman, sepsis pascapersalinan, atau operasi perut/panggul;
gangguan uterus yang dapat bersifat inflamasi (seperti endometriosis), kongenital (seperti uterus bersepta), atau jinak (seperti fibroid);
gangguan ovarium, seperti sindrom ovarium polikistik dan gangguan folikel lainnya;
gangguan sistem endokrin yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon reproduksi. Sistem endokrin meliputi hipotalamus dan kelenjar pituitari. Contoh gangguan umum yang memengaruhi sistem ini meliputi kanker pituitari dan hipopituitarisme.
Pada sistem reproduksi pria, infertilitas dapat disebabkan oleh:
obstruksi saluran reproduksi yang menyebabkan disfungsi dalam pengeluaran air mani. Penyumbatan ini dapat terjadi pada saluran yang membawa air mani (seperti saluran ejakulasi dan vesikula seminalis). Penyumbatan umumnya disebabkan oleh cedera atau infeksi pada saluran genital;
gangguan hormonal yang menyebabkan kelainan pada hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari, hipotalamus, dan testis – hormon seperti testosteron mengatur produksi sperma. Contoh gangguan yang mengakibatkan ketidakseimbangan hormon meliputi kanker pituitari atau testis;
kegagalan testis untuk memproduksi sperma, misalnya karena varikokel atau perawatan medis yang merusak sel-sel penghasil sperma (seperti kemoterapi); dan
fungsi dan kualitas sperma yang tidak normal. Kondisi atau situasi yang menyebabkan bentuk (morfologi) dan gerakan (motilitas) sperma yang tidak normal berdampak negatif pada kesuburan. Misalnya, penggunaan steroid anabolik dapat menyebabkan parameter air mani yang tidak normal seperti jumlah dan bentuk sperma.
Faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan obesitas dapat memengaruhi kesuburan. Selain itu, paparan polutan dan racun lingkungan dapat secara langsung meracuni gamet (sel telur dan sperma), sehingga mengakibatkan penurunan jumlah dan kualitas sperma.
(kna/kna)