Jakarta –
Viral di media sosial TikTok sebuah curhatan seorang wanita di Jakarta memiliki masalah keringat yang tidak terkontrol. Karin Ramadhani (26), asal Bandung, menceritakan bahwa tubuhnya bisa keringatan bahkan ketika berada di tempat yang relatif dingin.
Ketika semua orang yang ada di sekitarnya sedang merasakan dingin, Karin mengaku bisa tetap merasakan gerah dan keringatan. Kondisi ini sudah ia alami sejak ia duduk di sekolah dasar dan kedua orang tuanya memiliki masalah yang serupa.
“Kalau misalkan kayak habis dari ruangan AC nih dalam kondisi nggak keringetan, nggak gerah dan ya aman lah gitu. Terus pindah aja ke ruangan yang nggak ada AC-nya itu dalam beberapa menit tuh langsung keringatan segede jagung gitu,” cerita Karin ketika dihubungi detikcom, Minggu (10/11/2024).
Tapi kalau udah di ruangan AC sambil makan makan apapun itu, entah yang berkuah yang panas, atau apapun itu keringatan. Apalagi makanan yang pedas, bisa banjir tuh, keringat mulu,” tandasnya.
Melihat kondisi yang dialaminya, Karin mengaitkan kondisi tersebut dengan hiperhidrosis. Hiperhidrosis merupakan sebuah kondisi ketika seseorang berkeringat secara berlebihan tanpa adanya pemicu yang jelas, seperti suhu udara yang panas atau diakibatkan aktivitas fisik.
Hal tersebut pun banyak disetujui oleh netizen lain yang mengalami hal serupa.
“sama kak, saya juga hiperhidrosis, baju sampe basah kuyup kayak di siram air,” kata @di***raf***a mengomentari unggahan viral tersebut.
“aku jg sama kak hiperhidrosis malah aku lebih parah telapak tangan dan telapak kaki aku keringetan sampe banjir netes air kak sampe ga pernah PD kalau d dpn orang lain,” kata netizen lain.
Terlepas dari apa kejadian yang dialami oleh Karin, spesialis kulit dr Rizky Lendl Prayogo, SpDVE menjelaskan hiperhidrosis merupakan sebuah kelainan sistem saraf yang ditujukan dengan gejala berupa keringat berlebih saat kondisi baseline. Kondisi baseline yang dimaksud adalah ketika orang tersebut sedang tidak beraktivitas berat atau saat cuaca tidak panas.
dr Rizky menuturkan kondisi ini biasanya dapat muncul di berbagai lokasi anatomi tubuh, mulai dari kepala, wajah, telapak tangan, telapak kaki, lipat paha, ketiak, atau kombinasinya.
Untuk memastikan apakah seseorang memang mengalami masalah hiperhidrosis, menurut dr Rizky pemeriksaan perlu dilakukan. Terlebih ada beberapa tanda diagnostik lainnya yang menunjukkan seseorang mengalami hiperhidrosis.
“Misalnya untuk yang hiperhidrosis primer fokal, umumnya mengenai kedua sisi tubuh kanan dan kiri sekaligus atau simetris. Lalu gejala muncul umumnya di usia kurang dari 25 tahun, dan juga gejala hiperhidrosis hilang saat tidur,” kata dr Rizky ketika dihubungi detikcom.
“Frekuensi hiperhidrosis setidaknya lebih dari 1 kali per minggu, ada riwayat keluarga dengan keluhan serupa, dan mengganggu aktivitas sehari-hari,” sambungnya.
Hiperhidrosis dibagi menjadi dua jenis, yaitu hiperhidrosis primer fokal dan hiperhidrosis sekunder. Untuk jenis yang pertama biasanya terjadi tanpa adanya penyebab jelas, sedangkan hiperhidrosis sekunder biasanya disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti diabetes, efek samping obat-obatan, dan lainnya.
“Sedangkan untuk hiperhidrosis sekunder tanda diagnostik lainnya gejala menetap saat tidur dan gejala muncul pada usia dewasa,” tandasnya.
(avk/kna)