Jakarta –
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono menyebut skrining kesehatan gratis nantinya akan meliputi penyakit tiroid. Pasalnya, kesenjangan temuan kasus dengan kejadian yang sebenarnya bahkan berada di atas 50 persen.
Dante menyebut 50 persen dari populasi rata-rata memiliki benjolan di tiroid. Meskipun sebagian besar relatif bersifat jinak, hanya 5 hingga 10 persen termasuk ganas, tidak sedikit yang terkena tiroid harus menghadapi pengobatan seumur hidup.
“Klaim jaminan kesehatan nasional (JKN) mencapai 750 miliar di 2023, ini menunjukkan skrining harus ditingkatkan, harus diidentifikasi terlebih dulu, agar bisa diatasi dengan lebih baik,” tutur Wamenkes Dante dalam konferensi pers, Selasa (2/11/2024).
“Jadi kita melakukan skrining kesehatan dan kita sudah akan melaunching skrining kesehatan di hari ulang tahun salah satunya adalah skrining kelainan tiroid. Dengan begitu, maka identifikasi kelainan tiroid akan sangat penting dan menjadi literasi kepada masyarakat, sehingga pembiayaan kelainan tiroid menjadi lebih rendah,” sambung dia.
Dante menekankan sejauh ini baru ada 1,7 juta bayi baru lahir yang melakukan skrining tiroid. Padahal, hal ini berdampak pada tumbuh kembang anak termasuk rata-rata IQ seseorang.
Tiroid pada bayi terjadi karena kelainan atau bawaan genetik. Pada bayi yang terdiagnosis hipotiroid kongenital saat baru lahir, bisa mendapatkan terapi sesegera mungkin seiring dengan perkembangan sesuai usia.
Hasilnya, anak bisa berprestasi di bidang akademis dan non akademis. Mereka juga memiliki tinggi badan dan berat badan normal sesuai usianya.
Sementara menurut Prof Dr dr Aman Pulungan, Direktur Eksekutif International Pediatric Association, hasil riset menunjukkan bayi yang tidak dilakukan skrining dan rupanya mengidap tiroid, memiliki IQ di bawah 80.
“Rata-rata yang tidak diskrining IQ-nya di bawah 80, jadi sekarang kita sebagai bangsa pemerintah sudah harus melakukan perbaikan. Kalau di Singapura 20 penyakit bisa diskrining, di Indonesia, baru satu penyakit walaupun di swasta yang lain sudah 5 sampai 6 penyakit,” terang Prof Aman dalam kesempatan yang sama.
(naf/suc)