Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dan China diketahui memiliki persaingan sengit di bidang teknologi. Selama ini, pemerintah AS melakukan blokir akses teknologi ke China karena takut bisa dipakai untuk memperkuat militer negara kekuasaan Xi Jinping.
Ketakutan itu nyatanya terbukti. Dalam sebuah studi yang dilaporkan lembaga penelitian China terkait Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), militer China mengadaptasi model AI Llama. Model tersebut berasal dari raksasa teknologi AS dan pemilik media sosial Facebook, Meta.
Llama digunakan lembaga penelitian itu untuk menciptakan alat untuk aplikasi militer. Versi awal telah digunakan untuk fondasi ChatBIT pada bulan Juni lalu, dikutip dari Phone Arena, Jumat (1/11/2024).
Reuters melaporkan ChatBIT dibuat untuk aktivitas militer. Mulai dari mengumpulkan intelijen, membantu mengambil keputusan dan berdialog dengan orientasi militer.
Kabarnya ChatBIT bekerja dengan sangat baik. Salah satunya saat tanya jawab terkait konteks militer.
Peneliti yang terlibat berasal dari beberapa lembaga pendidikan. Dari akademi ilmu militer, institut teknologi Beijing dan Universitas Minzu.
ChatBIT beroperasi berdasarkan kumpulan data berisi 100 ribu dialog militer. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dari model AI lainnya.
Meta mengatakan penggunaan tersebut tidak sah dan tidak sesuai dengan kebijakannya. Investasi besar China pada AI disebut telah melampaui nilai potensial dari model open source manapun.
Terkait jumlah data yang dimiliki ChatBIT, VP Riset AI Meta, Joelle Pineau mempertanyakan kemampuan ChatBIT. Sebab dia mengatakan data dengan cakupan yang luas penting untuk meningkatkan keandalan sebuah model AI.
Sebelumnya, Pentagon juga telah menyinggung soal potensi model open source. Menurut mereka, model ini memiliki peluang dan risiko serta terus memantau kemajuan dari pesaing di global.
(fab/fab)