Jakarta –
Migrasi Bisphenol A (BPA) ke dalam air minuman di galon guna ulang biasanya terjadi akibat proses distribusi yang tidak baik, seperti terpapar langsung pada suhu ekstrem terutama panas matahari yang menyengat.
Paparan ini dapat memicu pelepasan senyawa BPA dari dinding kemasan galon ke dalam air yang diwadahinya. Proses pencucian galon yang dilakukan secara berulang juga meningkatkan risiko ini.
Adapun paparan dalam air minuman bisa memberikan sejumlah dampak pada kesehatan, termasuk pada kesehatan reproduksi.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Pengurus PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), dr I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS, mengatakan sudah banyak penelitian baik terhadap hewan coba maupun manusia, yang menyebutkan bahwa paparan BPA secara akumulatif atau dampak jangka panjang bisa mengganggu kesehatan alat reproduksi.
dr Oka menjelaskan BPA merupakan senyawa kimia yang strukturnya mirip dengan hormon estrogen. Apabila masuk ke dalam tubuh, hal ini bisa mengganggu keseimbangan hormon atau disebut juga sebagai estrogen disruptor chemical.
“Jadi otomatis ketidaksimbangan, hormon estrogen ini yang akan berpengaruh pada keseimbangan tubuh, dan salah satunya yang paling terasa yang bisa dianggap adalah gangguan kesehatan produksinya. Apa puncaknya? Gangguan kesuburan,” ucapnya saat acara detikcom Leaders Forum di Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2024).
“Migrasi dari BPA pada bahan-bahan yang mengandung BPA itu yang biasanya diminum, kan jumlahnya biasanya banyak itu yang punya potensi untuk mengakibatkan gangguan kesuburan itu sudah banyak,” lanjutnya lagi.
Tak hanya itu, dr Oka menyebut beberapa penelitian lain juga mengatakan paparan BPA yang terus-menerus bisa berisiko memicu keganasan pada organ, seperti kanker prostat, kanker ovarium, hingga kanker payudara.
Senada, perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus spesialis obstetri dan ginekologi dr Ulul Albab, SpOG mengatakan risiko dengan paparan BPA terkait dengan fertilitas atau kesuburan meningkat 4,2 kali lipat.
“Nah, hati-hati nih kalau misalnya menikah lebih 1 atau 2 tahun, belum punya keturunan, hati-hati laki-lakinya sekalipun yang bagus. Dulu tahunya hanya rokok, tapi sekarang ternyata juga ada faktor yang lain,” katanya lagi.
Paparan BPA, kata dr Ulul, juga berisiko memicu terjadinya gangguan tubuh kembang kognitif pada bayi atau pada anak-anak terkait dengan risiko ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan autism spectrum disorder.
(suc/up)