Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

5 Alasan Truk Bermoncong Sudah ‘Pensiun’ di Indonesia

5 Alasan Truk Bermoncong Sudah ‘Pensiun’ di Indonesia

Jakarta

Meski masih dijumpai di jalanan, truk bermoncong sudah jarang digunakan. Kini truk jenis moncong tersebut sudah tak lagi dijual dan digantikan dengan truk tanpa moncong.

Kenapa truk bonet atau bermoncong sudah ‘pensiun’ di Indonesia? Simak beberapa alasan yang dirangkum detikOto berikut ini.

Penyebab Truk Bermoncong Tak Lagi Dijual

Berikut ini 5 alasan atau penyebab truk bermoncong tak lagi dijual di Indonesia:

1. Permintaan Pasar

Dalam catatan detikOto, Santiko Wardoyo yang sempat menjabat sebagai Chief Operating Officer atau COO PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) menjelaskan kebanyakan negara sudah meninggalkan truk bonet atau bermoncong.

“Rasanya hampir seluruh dunia truknya tanpa bonet, kecuali di Amerika Serikat. Karena mereka ada aturannya dan Hino juga jual truk dengan bonet di sana. Tapi kalau di Asia, Eropa, Australia rata-rata sudah nggak pakai bonet,” kata Santiko kepada detikOto di Jakarta Pusat.

Di kesempatan berbeda, Seno Wirdiyawantoro selaku General Manager of Product Planning Division Hino Indonesia menilai pergantian model ini dikarenakan permintaan pasar yang semakin banyak menginginkan truk yang lebih fungsional.

“Sebenarnya gini, sekarang truk itu fungsinya untuk apa? Untuk kegiatan niaga. Sekarang kembali lagi bagaimana permintaan pasar. Jadi di Indonesia, kalau pendapat Hino, truk dengan moncong kemungkinan besar tidak laku,” kata Seno.

2. Makan Banyak Ruang

Seno menjelaskan lebih lanjut, truk bonet memiliki moncong yang cukup memakan ruang. Padahal panjang bodi bisa dimanfaatkan pada bagian belakang untuk memuat barang.

“Itu (moncong depan) makan panjang bodi. Jadi, panjang bodi yang harusnya bisa jadi (kargo) harus kepotong karena ada moncong. Jadi konsumen lebih memilih moncongnya dihabisin, mesinnya dipindah ke bawah kursi, tapi muatan di belakang ditambah,” ujar Seno.

3. Risiko Fatalitas

Dilihat dari faktor keamanan dan keselamatan, truk moncong tidak memiliki masalah bagi pengemudinya. Ahmad Wildan selaku Investigator Senior KNKT pun menyebut hampir tidak ada fatalitas yang menyebabkan pengemudi menjadi korban.

“Jadi sampai sekarang kita belum ada temuan soal fatalitas kecelakaan truk akibat nggak ada moncong,” kata Seno.

Namun demikian, truk ini lebih berisiko menyebabkan fatalitas kepada pengguna jalan lain jika terjadi kecelakaan.

“Justru ketika truk pakai moncong akan meningkatkan fatalitas pengguna jalan lain. Truk ketika nabrak kan kecepatannya nggak tinggi, kecuali saat rem blong. Tapi truk normal saat jalan nggak akan sampai 60 km/jam,” tuturnya.

4. Blind Spot

Dikutip dari situs Toyota, kendaraan besar seperti truk memiliki blind spot yang besar, terutama karena fungsi spion tengah yang hilang karena tertutup barang. Selain itu, bagian depan moncong truk juga menjadi blind spot yang besar, karena sopir sulit melihat daerah tersebut, yang tentunya sangat membahayakan orang lain.

5. Sulit Bermanuver

Terakhir, truk termasuk kendaraan yang sulit bermanuver. Hal ini semakin sulit ketika truk memiliki moncong. Apalagi karena di Indonesia memiliki jalan yang cenderung lebih sempit dibandingkan Amerika yang kini masih menggunakan truk bonet.

(bai/row)

Merangkum Semua Peristiwa