Konflik Israel-Palestina telah menjadi salah satu isu global paling kompleks dan berkepanjangan. Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (75) atau yang akrab disapa SBY menilai two state solution atau solusi dua negara adalah opsi terbaik yang dapat diterima kedua belah pihak, sekalipun masih terdapat tantangan besar.
SBY menuturkan secara umum terdapat dua aliran pemikiran dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina. Pertama, two state solution, yaitu dua negara berdaulat yang hidup berdampingan, Israel dan Palestina. Kedua, one state solution, yaitu hanya satu negara, Israel saja atau Palestina saja.
“Meskipun tidak kecil tantangannya karena ada yang tidak setuju dengan two state solution, menurut saya itulah yang bisa diterima oleh kedua belah pihak, Israel maupun Palestina,” ujar SBY dalam program Bincang Liputan6.
SBY mengakui implementasi two state solution tidak mudah. Di Israel, kelompok garis keras yang dominan menolak keberadaan negara Palestina. Sementara di Palestina, kelompok seperti Hamas juga menentang two state solution dan menginginkan hanya satu negara, yaitu Palestina.
“Mereka dominan. Mereka keras. Oleh karena itu, terwujud atau tidak terwujudnya itu (two state solution) bergantung kepada Israel dan Palestina,” tegas SBY, seraya menekankan konsensus internal di kedua pihak sangat penting.
“Apakah bisa membentuk konsensus supaya tidak berlarut-larut konflik dan peperangan ini? Ada dua negara sama-sama berdaulat, side by side dalam hubungan yang damai.”
Selain faktor internal Israel dan Palestina, SBY menyoroti peran negara-negara lain, terutama yang memiliki pengaruh di kawasan Timur Tengah.
“Mestinya, sahabat-sahabat dekat Palestina atau yang dekat sama Israel, katakanlah bisa berdamai untuk menuju ke situ,” kata SBY yang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia pada periode 2004-2014.