10% Pelanggan Pemda dan Pelayanan Publik Pindah ke Starlink

10% Pelanggan Pemda dan Pelayanan Publik Pindah ke Starlink

Bisnis.com, JAKARTA — PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) menyampaikan sebanyak 15% dari total pelanggan pemerintahan beralih dari layanan internet berbasis satelit orbit geostasioner (GEO) pindah ke layanan internet berbasis satelit orbit rendah (LEO) Starlink.

Salah satu pertimbangannya adalah karena latensi yang diberikan oleh LEO lebih baik.

Latensi adalah penundaan atau keterlambatan waktu antara tindakan yang dilakukan oleh pengguna dan respons yang diberikan oleh sebuah sistem. Makin rendah latensinya, maka makin baik.

Dalam kasus, satelit Starlink yang terbang di ketinggian 500 kilometer – 2.000 kilometer mampu memberikan latensi yang lebih baik ketimbang satelit GEO yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer.

“Memang terjadi shifting sebagian sekitar 10–15% pelanggan Pemda dan sektor publik kecil ke layanan Starlink yang terutama disebabkan wilayah dengan topografi yang menantang (hutan, perairan, pulau kecil) dimana latency LEO yang rendah sangat dibutuhkan,” kata VP Corporate Secretary Telkomsat, Fino Arfiantono kepada Bisnis, Selasa (14/10/2025).

Selain itu, lanjut Fino, penyebab lain pemerintah daerah memilih Starlink ketimbang satelit GEO karena kondisi Indonesia yang luas di mana Starlink banyak digunakan di daerah rural. Kemudian, bagi lembaga kesehatan dan pendidikan yang membutuhkan internet secepat mungkin, cenderung memilih Starlink yang lebih mudah.

“Sektor pendidikan dan kesehatan yang mencari solusi pengadaan cepat,” kata Fino.

Fino mengatakan pada 2024, Starlink mulai dapat melakukan komersialisasi secara direct untuk retail. Walaupun demikian, Telkomsat juga telah berhasil meluncurkan Satelit Merah Putih 2 dan mengembangkan kemitraan strategis dengan Starlink sebagai Authorized Reseller Starlink pertama di Indonesia.

Perpindahan layanan dari pelanggan pemerintah daerah ke Starlink, relatif tidak terlalu berdampak bagi Telkomsat.

“Diversifikasi kapabilitas dan penambahan kapasitas ini membuat permintaan layanan kepada Telkomsat, termasuk oleh pemerintahan, relatif tidak berubah,” kata Fino.

Fino juga mengungkap terdapat sejumlah faktor yang membuat bisnis perusahaan di segmen pemerintahan bertumbuh pada tahun ini seperti kkeandalan layanan dan SLA tinggi (≥98%) milik Telkomsat masih jadi keunggulan di instansi.

Selain itu, sinergi Telkom Group memungkinkan solusi end-to-end, bukan hanya konektivitas juga membuat bisnis perusahaan terjaga.

“Kepatuhan terhadap regulasi Pelindungan Data Pribadi (PDN) dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKND) membuat Telkomsat tetap dipercaya untuk proyek APBN/APBD,” kata Fino.

Sementara itu dari sisi faktor-faktor yang cukup berdampak pada bisnis Telkomsat, kata Fino, adalah adopsi cepat Starlink di Pemda karena kemudahan instalasi, throughput tinggi, dan persepsi harga “lebih murah”.

“Minimnya pemahaman Pemda soal aspek legal dan data sovereignty Starlink Business Service, yang membuat keputusan sering didorong oleh faktor praktis, bukan strategis,” kata Fino.

Sebelumnya, demam Starlink mewabah di sejumlah pemerintah daerah. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah hingga Maluku Utara mulai melirik pemanfaatan Starlink untuk mendukung konektivitas di sekolah-sekolah, lembaga kesehatan, dan lain sebagainya.