Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah detektor besar bernama Observatorium Neutrino Bawah Tanah Jiangmen (JUNO) hampir rampung dibangun di China Selatan. Tugasnya cukup berat mencari partikel-partikel hantu.
Detektor itu dibangun di Kaiping, China senilai US$300 juta (Rp 4,8 triliun). Butuh waktu lebih dari sembilan tahun untuk melakukan pembangunannya.
Fisikawan teoritis dari Universitas Northwestern, Andre de Gouvea mengatakan upaya tersebut bakal mendorong teknologi ke batasan terbaru.
“Jika mereka bisa melakukannya, itu akan sangat luar biasa,” kata de Gouvea, dikutip dari Yahoo News, Kamis (19/12/2024).
Partikel itu, neutrino, merupakan kosmik kecil dengan massa yang sangat kecil. Ini bukan hal mudah untuk dikerjakan.
Neutrino sendiri berasal dari Big Bang dan bergerak cepat melalui tubuh kita setiap detik. Partikel itu menyembur dari bintang seperti Matahari dan akan keluar saat serpihan atom bertabrakan dalam akselerator partikel.
Para ilmuwan sebenarnya telah mengetahui keberadaannya sejak satu abad lalu. Namun masih dalam tahap awal mengetahui soal partikel tersebut.
Cao Jun yang membantu mengelola detektor JUNO menjelaskan neutrino jadi partikel yang tidak dipahami di dunia. “Itu sebabnya perlu dipelajari,” ucapnya.
Pembangunan detektor berukuran besar merupakan solusi untuk mencari tahu soal neutrino. Sebab partikel itu bisa diukur saat bertabrakan dengan materi lain, namun neutrino jarang bertabrakan.
Wang Yifang, kepala peneliti dan manajer proyek JUNO percaya bahwa mereka bisa mendapatkan hasil lebih dulu dibanding lab lain di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat dan Prancis.
“[Fasilitas] di AS bakal 6 tahun ketinggalan dari kami. Di Prancis dan Jepang, mereka 2-3 tahun ketinggalan. Kami percaya kami bisa mendapatkan hasil dari hierarki massa [neutrino] lebih dulu dari semua,” kata Wang.
(dem/dem)