Dalam perkiraan yang disesuaikan, Amerika Utara sekarang mengurangi 1,7 persentase dari pertumbuhan perdagangan barang global pada tahun 2025, sehingga angka keseluruhannya menjadi negatif.
Sementara itu, Asia dan Eropa terus memberikan kontribusi positif, tetapi lebih sedikit daripada skenario dasar, dengan kontribusi Asia berkurang setengahnya menjadi 0,6 poin persentase.
Gangguan dalam perdagangan AS-China diperkirakan “akan memicu pengalihan perdagangan yang signifikan,” tambah WTO, yang meningkatkan kekhawatiran di antara pasar ketiga tentang meningkatnya persaingan dari Tiongkok.
“Ekspor barang dagangan Tiongkok diproyeksikan naik sebesar 4% hingga 9% di seluruh wilayah di luar Amerika Utara karena perdagangan dialihkan. Pada saat yang sama, impor AS dari China diperkirakan akan turun tajam di sektor-sektor seperti tekstil, pakaian, dan peralatan listrik, sehingga menciptakan peluang ekspor baru bagi pemasok lain yang mampu mengisi kesenjangan tersebut,” kata organisasi perdagangan tersebut, seraya mencatat bahwa hal ini dapat membuka pintu bagi beberapa negara yang paling tidak berkembang untuk meningkatkan ekspor mereka ke pasar AS.
Ossa menuturkan, banyak anggota WTO telah mengangkat isu pengalihan perdagangan
“Namun satu hal yang sangat penting untuk diingat adalah bahwa ini adalah jalan dua arah, jika Anda berpikir tentang perusahaan-perusahaan Eropa misalnya yang mencoba mengekspor mobil ke Amerika Serikat, mereka juga menghadapi tarif sebesar 25% sekarang dan mereka juga perlu menemukan pasar tujuan baru untuk produk-produk ini. Jadi, bukan hanya barang-barang Tiongkok yang masuk ke Eropa misalnya, tetapi juga barang-barang Eropa yang membutuhkan pelanggan baru,” kata dia.
Ossa menambahkan, penting agar dampak-dampak ini dikelola secara kooperatif.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3995754/original/066465200_1649940969-20220414-Proyeksi-Neraca-Perdagangan-Indonesia-FANANI-3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)