Waspadai Gerakan Radikalisme, Sinergitas Antar-Aparat Keamanan Harus Ditingkatkan

28 October 2022, 0:50

GERAKAN radikalisme terus diwaspadai keberadaannya di Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam mewaspadai gerakan radikalisme dan terorisme, sinergitas dengan aparat keamanan setempat sangat penting untuk dilakukan.

Juru Bicara Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto, mengatakan,
perlu adanya pengawasan dan kepedulian dengan pihak-pihak terkait untuk
mengurangi tindak radikalisme maupun terorisme.

“Kita terus mewaspadi gerakan radikalisme maupun teroris di sekitar kita, karena memang di sekitar kita kalau enggak peduli ya siapa lagi? Oleh karenanya kita tetap bersama-sama sinergi dengan aparat kemanan setempat,” kata Wawan, seperti dikutip dari wawancara dengan salah satu stasiun televisi, Rabu (26/10).

Menurut dia, untuk bisa mencegah tindak radikalisme maupun terorisme,
kepedulian keluarga dan masyarakat sekitar menjadi suatu hal yang
penting dilakukan. “Oleh karenanya, kita ingin semuanya saling peduli,
kepeduliannya ini yang paling tidak ngerem dari yang bersangkutan karena ada tempat curhat, tempat untuk menyampaikan keluh kesah.”

Tindakan radikal, lanjutnya, dapat terhubung melalui media
sosial yang menghasilkan keterhubungan untuk bisa menyebarluaskan
pemahaman radikal yang kemudian tidak sedikit yang berbaiat kepada
kelompok radikal tersebut. “Termasuk apa yang terjadi di media sosial
banyak juga yang mengajak atau saling terhubung dengan akun-akun yang
kebetulan saling merespons kemudian beberapa diantaranya saling
berbaiat.”

Jubir BIN itu mengajak seluruh elemen masyarakat terutama
kepada aparat kemanaan untuk terus mengawasi dan terus memberikan
pemahaman serta bimbingan kepada masyarakat Indonesia untuk terus
mempertahankan nilai-nilai Pancasila yang ada. “Ini menjadi tugas
bersama kita untuk saling mengingatkan dan kita pahami keluarga terdekat supaya mereka tidak terpapar, tidak terpengaruh, mengajak apalagi dengan akses menggunakan senjata ataupun tindakan yang lain yang mengganggu ketertiban masyarakat.”

Media sosial

Terkait itu, pengamat teroris Ridlwan Habib juga menjelaskan bahwa media sosial juga merupakan salah satu tempat untuk merekrut kelompok radikal.

Menurutnya, media sosial digunakan sebagai propaganda pemahaman atau
ideologi-ideologi yang bertentangan dengan sistem demokrasi untuk
mencari anggota-anggota baru.

“Biasanya media sosial itu sebagai propaganda, lalu menjadi pintu awal
perekrutan tentu saja mereka tidak akan secara terang benderang mengaku
sebagai aktivis NII misalnya atau aktivis gerakan yang lain. Biasanya
wacana umumnya adalah diawali dengan penegakan-penegakan sistem yang
menurut mereka demokrasi sudah tidak sesuai dan seterusmya. Dari situ
nantinya yang berminat mereka follow up, lalu kemudian perekrutannya
menjadi lebih private,” lanjut Ridlwan.

Ridlwan juga mengatakan bahwa kasus-kasus radikalisme atau tidak
terorisme Indonesia harus terus diwaspadai mengingat dalam beberapa hari ke depan terdapat acara perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali pada 15-16 November mendatang. Hal ini menjadi catatan penting bagi seluruh masyarakat terutama para aparat keamanan untuk terus menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat.

“Duapuluh hari menjelang G-20, yang merupakan satu momentum besar yang menjadi pertaruhan nama besar Indonesia di mata pemimpin dunia, saya kira ini menjadi catatan penting,” tandasnya. (N-2)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi