Waspada Peningkatan Kasus Gangguan ISPA selama Musim Pancaroba

11 April 2024, 16:06

Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapa(ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Laporan terkait penyakit flu dan batuk atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir.
Musim pancaroba atau perubahan cuaca yang sangat ekstrim menjadi salah satu pemicu sistem kekebalan imun tubuh menjadi menurun sehingga mudah terserang ISPA.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi menjelaskan bahwa hasil subtyping influenza di Indonesia diperoleh dari penemuan kasus di sentinel ILI dan sentinel SARI terjadi peningkatan positivity rate influenza pada bulan Maret tahun 2024 Positivity rate influenza tertinggi pada minggu ke-11 mencapai 83,3 persen.
Baca juga : Ini Beda Flu Singapura dengan Sariawan dan Cacar
“Penentuan kasus pada Surveilans ILI-SARI didasarkan pada gejala infeksi saluran pernapasan. Dimana ILI, pada pasien rawat jalan yang memiliki gejala demam dengan suhu? 38 derajat selsius saat berkunjung ke fasilitas kesehatan dan batuk tidak boleh lebih dari 10 hari. Sedangkan SARI, pada pasien rawat inap yang memiliki gejala demam atau riwayat demam dengan suhu ? 38 derajat selsius atau ada riwayat demam dan batuk tidak boleh lebih dari 10 hari,” ujarnya kepada Media Indonesia pada Kamis (11/4).
Surveilans Influenza di Indonesia dilaksanakan melalui Surveilans Influenza Like Illness (ILI) yang dilaksanakan di 31 puskesmas (di 27 provinsi) dan Surveilans Severe Acute Respiratory Infection (SARI) yang dilaksanakan di 14 rumah sakit (di 10 provinsi) yang merupakan bagian dari GISRS.
Sementara itu, secara global, puncak kenaikan kasus Influenza terjadi pada tahun 2023 hingga awal tahun 2024 namun sudah mengalami penurunan kasus pada bulan Maret 2024. Baca juga : Flu Singapura Meningkat, Sekolah Disebut Belum Perlu Diliburkan
Hal itu dapat dilihat dari Subtype Influenza secara global didominasi oleh Influenza A (Not Subtype), A (H3), BLineage Not Determined).
Sementara itu, dari data penemuan kenaikan influenza di Indonesia, Imran menjelaskan bahwa belum ditemukan kasus yang berafiliasi dengan covid-19.
Dikatakan bahwa kasus Covid-19 telah mengalami penurunan sejak di awal tahun 2024 hingga menjelang mudik. Baca juga : Ancaman Flu Singapura Meningkat, Vaksin Belum Tersedia
“Untuk Covid-19 terjadi peningkatan kasus yang signifikan pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024, hal ini dikarenakan peningkatan mobilitas masyarakat pada musim libur akhir tahun. Hasil seluruh pemeriksaan WGS menunjukkan varian Covid-19 yang beredar adalah Omicron namun tidak ada kasus positive Covid-19 selama tiga minggu terakhir,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan bahwa pandemi COVID-19, Indonesia telah mengadopsi pedoman WHO untuk menggunakan sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dalam melakukan monitor terhadap COVID-19 selain influenza.
WHO menetapkan GISRS sebagai salah satu platform dalam pelaksanaan Surveilans Influenza dan COVID-19. Baca juga : Flu Singapura tak Berarti Alami Flu Seusai Pergi ke Singapura
“Melalui GISRS ini akan diperoleh informasi epidemiologi, dan virologi influenza, serta COVID-19 berbasis laboratorium untuk deteksi dan respon dini guna mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit di Indonesia,” ujar Imran
Bersamaan dengan itu, ujar Imran, edukasi kepada masyarakat pun semakin gencar dilakukan untuk mencegah dampak buruk akibat dampak cuaca ekstrem dan selama musim mudik lebaran 2024, terutama anjuran untuk selalu menggunakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan khususnya yang telah ber gejala ISPA.
Imran menuturkan, fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas hingga rumah sakit rujukan telah disiapkan untuk menangani pasien dengan gejala penyakit terkait pernapasan.
Sejumlah posko kesehatan di beberapa titik rest area bahkan sudah membuat pelayanan untuk memberikan edukasi sekaligus pemeriksaan terkait beberapa gejala penyakit pernapasan.
Sementara itu, Imran juga menganjurkan agar masyarakat selalu waspada dengan penyebaran kasus flu Singapura (MPH). Berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Kementerian Kesehatan, per pekan ke-11 tahun 2024 setidaknya sudah ada 5.461 kasus flu Singapura di Indonesia, sebanyak 738 kasus dilaporkan di Banten dan 45 kasus di Depok.
Akademisi dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Feni Fitriani Taufik menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat akan gejala penyakit terkait pernapasan perlu ditingkatkan mengingat pergantian musim dan padatnya aktivitas pada arus mudik.
“Umumnya gejala batuk, pilek, dan demam yang menjadi gejala ISPA bisa sembuh sendiri setelah tiga sampai lima hari. Itu terjadi karena penyakit tersebut bersifat self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Namun jika gejala batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, atau pusing tidak kunjung sembuh, segera periksa ke fasilitas kesehatan agar tidak semakin memburuk,” jelasnya.
Ia menerangkan, ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut merupakan serangkaian gejala penyakit berupa batuk, pilek, sakit tenggorokan, pusing, dan terkadang demam.
ISPA bisa terjadi pada kondisi ringan hingga berat. Pada kondisi yang lebih buruk, seseorang bisa mengalami bronkitis dan pneumonia (radang paru-paru).
“Selain memakai masker, upaya perlindungan bisa dilakukan dengan memperkuat stamina atau daya tahan tubuh. Konsumsi multivitamin amat dianjurkan agar kesehatan tubuh bisa terjaga sehingga lebih kuat untuk melawan berbagai penyakit,” jelasnya.
Sementara itu, terkait dengan flu Singapura yang banyak terjadi pada anak-anak dan kelompok rentan lainnya seperti lansia, dan individu yang memiliki riwayat penyakit komorbid perlu mewaspadai penularannya selama musim mudik.
“Jika kondisi sistem kekebalan tubuh menurun, maka ketika terpapar penyakit flu singapura, akan dengan mudah menyerang tubuh orang tersebut,” imbuh Firman seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Media Indonesia pada Rabu (10/4).
Ia menjelaskan, musim flu dapat bervariasi di berbagai wilayah geografis dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Mulai dari suhu udara, kelembaban, dan perilaku manusia. Seperti berkumpul di dalam ruangan. Perubahan iklim dan kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi tren penularan penyakit.
“Masyarakat perlu waspada terutama untuk daerah yang belum menunjukkan kasus yang signifikan seperti Jawa Timur perlu waspada. Oleh karena itu perlu langkah-langkah pencegahan jelang mudik lebaran agar penularan ISPA dan Flu Singapura ini dengan dicegah dengan baik,” imbuhnya.
Ada beberapa langkah dalam pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko penularan pernapasan yaitu dengan menjaga kebersihan, menggunakan masker wajah hingga menjaga sistem kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.
“Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun selama setidaknya 20 detik terutama setelah bersin, batuk, atau menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi. Jika air dan sabun tidak tersedia, gunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol,” ungkapnya. (DEV)

Partai

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Statement

Transportasi